Meski Suku Sentinel terkesan kejam, Pandit yang kini telah berusia 84 tahun justru menepis pernyataan tersebut.
Ia mengatakan bahwa anggota suku tersebut adalah warga yang cinta damai.
"Selama kami melakukan interaksi, mereka mengancam kami, tetapi tidak pernah mencapai titik di mana mereka bermaksud membunuh atau melukai. Setiap kali mereka tampak tidak tenang, kami mundur perlahan," ujar Pandit seperti yang dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga : Sandiaga Uno Beri Kejutan Romantis di Hari Ulang Tahun Sang Istri
Pandit juga menyatakan rasa belasungkawanya terhadap pria asal Amerika Serikat yang baru-baru ini meninggal disana.
Pada tahun 1967 untuk pertama kalinya Pandit mengunjungi Pulau Sentinel Utara bersama sebuah ekspedisi.
Saat orang asing tiba, Suku Sentinel akan bersembunyi di hutan.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, mereka menghadapi orang pendatang baru dengan melepaskan anak panah.
Baca Juga : Dirancang Bertabur Kematian dan Pembunuhan, Simak 5 Fakta Gelap Film Disney The Lion King
Untuk memudahkan interaksi dengan Suku Sentinel, Pandit bersama tim ekspedisinya membawa hadiah berupa panci dan wajan, buah kelapa dan alat-alat seperti palu dan parang panjang.
Ia juga mengajak orang dari suku lain untuk menerjemahkan perkataan penduduk Suku Sentinel.
"Kami membawa serta orang Onge (suku lain di kepulauan Andaman) untuk membantu kami 'menafisirkan' percakapan dan perilaku orang-orang Sentinel," ungkap Pandit.