Sembari menaiki sepeda, dirinya mengetuk pintu rumah tiap calon pembeli tanpa kenal lelah.
Baca Juga : Sebut Denny Cagur Pelawak Terkaya, Ayu Dewi: Gue Tiap Ketemu Dikasih 2 Juta!
Meski hanya berjualan permen dan biskuti, Eka mampu meringankan beban hutang keluarganya dan menabung sebagian keuntungannya untuk tambahan modal.
Eka merasa tak puas dengan hanya berjualan jajanan tersebut.
Eka membeli alat membuat kembang gula di rumah dan mulai memproduksi sendiri kembang gulanya.
Baca Juga : 5 Potret Sederhana Putri Tanjung, Anak Chairul Tanjung, Orang Terkaya Ke-7 di Indonesia
Pada masa penjajahan Jepang, Eka bekerja sama dengan CIAD (Corp Intendands Angkatan Darat/TNI) dengan menjual kopra pada mereka.
Namun Jepang mengeluarkan kebijakan monopoli kopra dan bisnis Eka terhenti. Eka kembali bangkrut.
Punya prinsip tak mau menyerah, Eka kembali menjajal bisnis baru. Ia beralih ke usaha bahan-bahan keperluan makanan, bangunan, dan kebutuhan harian.
Baca Juga : Pria Terkaya di Dunia, Jeff Bezos Bercerai Setelah 25 Tahun Menikah
Tahun 1950 lagi-lagi usahanya terhenti karena dirampas saat peristiwa Permesta.
Saat usianya 37 tahun, Eka Tjipta pindah ke Surabaya dan mencoba bisnis kebun kopi dan kebun karet di daerah Jember.