Grid.ID - Soeharto, setiap isi kepala tiap-tiap orang Indonesia pasti tidak asing dengannya.
32 Tahun menjabat menjadi presiden merupakan sebuah sejarah bagi bangsa Indonesia.
Ada yang menyebutnya sebagai prestasi tapi ada pula yang menyebutnya otoriter di masa jabatan Soeharto sebagai presiden.
Banyak kisah tersempil saat Soeharto menjabat sebagai presiden Indonesia.
BACA : Update: Korban Meninggal Dunia Akibat Gempa Lombok Mencapai 13 Orang
Tak terkecuali kisah tentang Soeharto dan istrinya, Siti Hartinah atau bu Tien.
Saat itu tahun 1996 dalam sebuah upacara partai Golkar.
Dikutip dari buku 'Pak Harto, The Untold Stories', Menteri Negara Urusan Peranan Wanita saat itu, Ny.Mien Sugandhi duduk berdampingan dengan Bu Tien.
Sekonyong-konyong bu Tien ngomong ke Ny. Mien "Tolong katakan kepada...(menyebut salah satu petinggi partai Golkar), agar pak Harto jangan menjadi presiden lagi. Sudah cukup, sudah cukup, beliau sudah tua."
Mendengar perkataan bu Tien, Ny.Mien menimpali dengan sedikit keheranan.
"Lo, kalau begitu siapa yang mumpuni untuk menggantikan beliau?" ujarnya.
BACA : Beredar Video Suasana Mencekam Saat Para Pendaki Rasakan Gempa di Gunung Rinjani
"Biarlah itu diserahkan dan ditentukan oleh Pemilu saja. Aku sudah tidak mau lagi. Aku mau pergi, aku lungo (pergi). Pokoke aku lungo," kata bu Tien..
Ny.Mien Sugandhi lantas menyampaikan perkataan bu Tien ke orang yang dimaksud.
Tak peduli dengan pesan yang dimandatkan bu Tien, petinggi partai Golkar itu kukuh menjadikan Soeharto presiden lagi.
28 April 1996 bu Tien wafat.
BACA : Hingga Pukul 13.00 WIB Telah Terjadi 115 Gempa Susulan Di Lombok
Dua tahun kemudian tepatnya tanggal 28 Maret 1998 Soeharto dilantik jadi presiden (lagi).
Belum genap tiga bulan menjabat presiden Indonesia untuk kesekian kalinya, Reformasi Mei 1998 berkobar.
Soeharto tumbang, stabilitas nasional jomplang, Indonesia diambang menjadi negara bangkrut saat itu.
Mien Sugandhi didalam hati berkata "Seandainya orang-orang yang dulu diberi pesan oleh Ibu Tien mendengarnya."(*)