Laporan wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati
Grid.ID - Tahun baru Islam 1 Muharram 1440 Hijriah jatuh pada tanggal 11 September 2018 Masehi.
Momen pergantian tahun ini merupakan suatu hari yang penting bagi umat Islam.
Pasalnya, hari yang juga dikenal sebagai 1 Suro itu memperingati hijrahnya Nabi Muhammad saw. dari Kota Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.
Hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah itu diambil sebagai awal perhitungan bagi kalender Hijriyah dalam penanggalan Islam.
Baca Juga : Kompas Travel Fair 2018 Sajikan Destinasi Wisata Terbaik dengan Harga Menarik
Sebuah tradisi unik dilakukan oleh warga Karanganyar, Jawa Tengah tiap bulan Muharram datang.
Tradisi itu dikenal dengan nama Wahyu Kliyu.
Dikutip Grid.ID dari Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar, Wahyu kliyu adalah upacara adat selamatan berupa sedekah apem.
Acara ini diselenggarakan oleh masyarakat Dusun Kendhal, desa Jatipuro, Karanganyar.
Baca Juga : Ternyata Djarot Saiful Hidayat Mak Comblang Ahok dengan Bripda Puput, Ini Kisahnya...
Tradisi turun temurun ini diselenggarakan setahun sekali pada bulan Muharam (Sura) tepatnya pada malam bulan purnama tanggal 15 Sura.
Istilah wahyu kliyu berasal dari bahasa arab “Yaqaqu, yaqayum” yang artinya “Yang memberi kekuatan”.
Ada pula yang mengartikan bahwa Wahyu Kliyu adalah “Wahyu Kehidupan”.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa wahyu kliyu adalah upacara adat yang dilakukan untuk memohon ridho Allah agar masyarakat Dusun Kendhal dan sekitarnya.
Baca Juga : Intip Gaya SWAG Nia Ramadhani Saat Pemotretan, Nggak Kalah Sama Anak Kuliahan!
Tujuannya agar masyarakat selalu mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha esa, diberi kekuatan lahir batin, dijauhkan dari segala bencana serta mala petaka.
Yang menarik pada pelaksanaan upacara Wahyu kliyu ini, bahwa dalam selamatan tidak menggunakan nasi tumpeng beserta lauk pauk seperti lazimnya selamatan.
Namun acara selamatan yang diselenggarakan warga justru menggunakan “apem” yaitu semacam kue yang dibuat dari bahan tepung beras.
Apem yang berbentuk bulat tersebut mengandung makna sebagai lambang pengayoman, peneduh dan penyejuk.
Baca Juga : Punya Hati yang Lapang, 4 Zodiak Berikut Bisa Memaafkan Pasangannya yang Selingkuh
Tiap rumah menyajikan apem sejumlah 344 buah. Setelah selesai rangkaian acara do’a, apem dibagi lagi kepada seluruh warga.
Dalam penyelenggaraan selamatan tersebut ada beberapa ketentuan yang harus dipatuhi oleh seluruh warga masyarakat Kendal.
Ketentuan tersebut yaitu :1. Setiap Kepala rumah harus mengikuti upacara, jika berhalangan hadir harus ada wakilnya.
2. Peserta adalah laki-laki dan sudah dewasa, tidak boleh diwakilkan kepada anak kecil atau perempuan.
Baca Juga : Inul Daratista Akui Kecantikan yang Dimilikinya adalah Warisan sang Ibunda
3. Tempat apem (jawa:tompo atau bakul) harus bersih.
4. Pada waktu membawa bakul berisi apem, harus disunggi diatas kepala atau dipundak, tidak boleh dijinjing.
5. Masing-masing peserta melempar atau menabur apem karena yang sudah ditentukan (digamparkan tikar yang diatasnya diberi alas daun pisang yang utuh dengan posisi tengkurap) yang didahului dengan pembacaan do’a dan mengucap Basmalah.
6. Setiap lemparan satu apem dengan diikuti ucapan Wahyu Kliyu.
Baca Juga : Inul Daratista Akui Kecantikan yang Dimilikinya adalah Warisan sang Ibunda
7. Setiap 5 menit lemparan dihentikan sebentar untuk mengatur atau menata apem yang jatuhnya diluar arena, dan untuk menertibkan barisan peserta.
Kemudian dilanjutkan lagi dengan ucapan Basmallah dan ucapan Wahyu Kliyu, Wahyu Kliyu dan seterusnya sampai apem dalam tompo/bakul habis.
8. Dalam melempar apem tidak boleh bersendau gurau dan atau berkata kotor dan jorok.
9. Selesai pelemparan apem. Lalu apem ditutup dengn daun pisang selanjutnya diikrarkan dan diakhiri do’a oleh tokoh agama islam.
Baca Juga : 5 Cara Atasi Sembelit atau Konstipasi yang Terjadi pada Ibu Hamil
10. Do’a yang dibaca adalah do’a memohon keselamatan dan do’a Assura.
Selesai berdo’a, kue apem tersebut dibagi-bagikan kepada peserta untuk dibawa pulang dan sebagian diberikan kepada pengunjung yang menghadiri upacara.(*)