Sejak itulah hidup Nadia Murad berubah menjadi hari-hari yang dipenuhi dengan mimpi buruk.
Satu hari di bulan Agustus 2014, sejumlah truk pikap dengan bendera hitam berkibar di atasnya memasuki desa Kocho, tempat tinggal Nadia.
Baca Juga : Ini Dia Senjata yang Membuat Keder Militan ISIS di Irak dan Suriah, Indonesia Ternyata Juga Mempunyainya
ISIS membunuh semua pria yang ada di desa itu.
Mereka juga menculik anak-anak untuk dilatih menjadi tentara dan menjadikan para wanita sebagai budak pemuas nafsu mereka.
"ISIS merampas kehormatan kami, tetapi justru merekalah yang kehilangan kehormatan", ujar Nadia yang kini menjadi duta besar PBB untuk penyintas dan perdagangan manusia.
Selama kurang lebih tiga bulan menjadi tawanan ISIS, Nadia berulang kali dipukuli, disiksa dan diperkosa.
Kekejaman ISIS masih tak berhenti di situ saja.
ISIS kemudian menggelar pasar budak untuk menjual para perempuan dan gadis Yazidi kepada siapa saja yang berniat membeli.
Baca Juga : Pengakuan Mantan Istri Pejuang ISIS, 'Saya Kira Rapper, Ternyata Teroris'
ISIS juga memaksa para perempuan Yazidi untuk meninggalkan kepercayaan yang mereka anut sebelumnya.
Sebagai tambahan informasi, kelompok etnis Yazidi yang berbahasa Kurdi itu menganut sebuah agama kuno yang mempercayai satu Tuhan dan pemimpin para malaikat yang direpresentasikan dalam bentuk burung merak.