Laporan Wartawan Grid.ID, Chandra Wulan
Grid.ID - Jamal Khashoggi seorang jurnalis Arab Saudi dibunuh dengan cara dimutilasi.
Tak hanya itu, mayat jurnalis Arab Saudi ini juga diduga dilenyapkan dengan menggunakan cairan asam.
Sky News memberitakan bahwa sumber dari penyelidik Turki berujar, para pembunuh Jamal Khashoggi memasukkan potongan tubuhnya ke dalam lima belas kantung plastik.
Potongan tubuh itu lalu dihancurkan menggunakan cairan asam.
Pembunuhan dilakukan di gedung Konsulat Saudi di Istanbul, Turki.
Jamal Khashoggi meninggalkan Arab Saudi dan pindah ke Washington DC, Amerika Serikat.
Baca Juga : Jurnalis Arab Saudi Dimutilasi Lalu Dilenyapkan dengan Menggunakan Cairan Asam
Ia lalu bekerja sebagai kontributor di Washington Post.
Rabu (17/10), Washington Post memberitakan tulisan terakhir Khashoggi sebelum dinyatakan hilang pada 2 Oktober 2018.
Ia menulis tentang kebebasan berekspresi di negara asalnya Arab Saudi.
"Langkanya kebebasan berekspresi di Arab Saudi hanya bisa berarti dua: penduduknya kekurangan informasi atau menelan informasi yang tidak benar," tulis Khashoggi.
"Mereka tidak bisa berbicara apalagi berdiskusi masalah yang menimpa negerinya bahkan persoalan sehari-hari yang mereka hadapi," lanjut Khashoggi.
Dengan bekerja di sebuah media di negeri dengan jaminan kebebasan pers, Khashoggi punya misi untuk menyalurkan lebih banyak suara "orang-orangnya" yang selama ini lebih banyak tersensor oleh pemerintah.
Baca Juga : Kekayaannya Mengalahkan Raja Arab Saudi, Begini Gaya Hidup Sultan Brunei dan Keluarga!
Tulisan terakhirnya mengutarakan keinginan pembentukan forum internasional yang independen, yang bebas dari agenda pemerintah manapun, apalagi terpengaruh oleh propaganda.
Sepanjang hidupnya, Khashoggi telah menduduki sejumlah jabatan penting.
Salah satunya penasihat Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat.
Di negaranya, Khashoggi malah pernah dipecat dua kali dari jabatannya sebagai editor di harian paling progresif se-Arab Saudi, Al-Watan.
Ia diberhentikan setelah merilis artikel berisi kritik terhadap kelompok ekstremis Islam.
Baca Juga : Mengenang Sosok Rudy Wowor, Seniman yang Kuasai 7 Bahasa dan Sempat Jadi Jurnalis
Dalam kolom-kolom yang ia tulis selama menjadi kontributor Washington Post, ia banyak menyoroti kebijakan Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman (MBS).
Ia mendukung namun juga mengkritisi.
Khashoggi dilaporkan hilang setelah memasuki gedung konsulat untuk mengurus dokumen pernikahan dengan tunangannya, Hatice Cengiz pada 2 Oktober 2018 silam.
Dilansir dari Kompas.com, media Turki Yeni Safak memberitakan, terjadi percakapan antara Otaibi dan Khashoggi sebelum si jurnalis berhadapan dengan 15 orang terduga pelaku.
Dari rekaman pembunuhan yang didapat, dilaporkan kontributor media Amerika Serikat (AS) The Washington Post itu diseret di sebuah ruangan.
Di sana, Khashoggi disiksa sehingga teriakannya didengar staf konsulat.
"Lakukan ini di luar. Kalian bisa membuatku terkena masalah," kata Otaibi dalam rekaman.
"Diam jika Anda masih ingin hidup ketika kembali ke Saudi," jawab salah satu pelaku kepada Otaibi.
Rekaman memperdengarkan Khashoggi sempat disiksa.
Setelah itu, dia disuntik cairan misterius agar tak berteriak, dan para pelaku mulai memutilasinya dalam keadaan hidup-hidup.
Polisi telah mendatangi kediaman Otaibi pada Rabu (17/10) waktu setempat.
Puluhan petugas forensik turut serta menyebar dna mencari petunjuk bukti pembunuhan Khashoggi.
Baca Juga : Sejarah Baru Arab Saudi: Akhirnya Perempuan Boleh Mengemudi!
Sayang, Otaibi telah meninggalkan Turki sehari sebelumnya (16/10) setelah mendapat kabar bahwa kediamannya akan digeledah.
The New York Times telah membongkar sejumlah identitas pelaku.
Ada Tubaigy, Kepala Dewan Sains Forensik Saudi dan pejabat tinggi sekolah kedokteran setempat.
Tubaigy berperan selaku penanggung jawab dalam proses mutilasi Khashoggi.
Dari bukti rekaman, ia melakukan tugasnya sembari mendengarkan musik.
Selain itu nama Maher Abdulaziz Mutreb juga tercatut.
Baca Juga : Kisah Kenji Nagai, Jurnalis yang Masih Sempat Memotret Sesaat Setelah Ditembak Tentara dari Jarak Dekat
Mutreb pernah bertugas sebagai diplomat di Inggris.
Ia dikabarkan merupakan pengawal Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman.
Banyak foto yang beredar memperlihatkan Mutreb mendampingi Pangeran Mohammed Bin Salman dalam kunjungannya ke Madrid, Paris, hingga markas PBB.
Setidaknya sembilan dari lima belas pelaku yang terlibat dalam kasus ini bekerja di dinas keamanan, militer serta beberapa instansi pemerintah lainnya.
Khashoggi adalah mantan penasihat pemerintah.
Ia melarikan diri dari Saudi dan tinggal di Amerika Serikat (AS) sejak September 2017.
Baca Juga : Patuhi Seruan Erdogan, Warga Turki Hancurkan iPhone Miliknya Menggunakan Palu
Jurnalis berusia 60 tahun ini kerap mengkritik kebijakan Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman hingga keterlibatan Saudi dalam konflik Yaman.
Berbagai klaim terkait kasus pembunuhan ini muncul.
Salah satunya dari Al-Jazeera yang menyebutkan bahwa pembunuhan dan mutilasi Jamal Khashoggi hanya membutuhkan waktu tujuh menit.
Khashoggi juga merupakan kontributor Washington Post.
Terkait kasus ini, pihak Konsulat Saudi bersikukuh bahwa Khashoggi telah meninggalkan gedung dalam keadaan selamat.
Namun pihaknya juga mengatakan bahwa CCTV gedung tak berfungsi pada tanggal 2 Oktober, saat Khashoggi menghilang.
Baca Juga : Pura-pura Ditembak Mati, Jurnalis Anti Rezim Putin Gagalkan Rencana Pembunuhan Dirinya
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan hal ini tidak masuk akal sebab Saudi memiliki sistem keamanan yang canggih.
"Bahkan gerakan burung atau nyamuk sekalipun bisa terekam pergerakannya," ungkap Erdogan.
(*)