Dilansir Grid.ID dari laman Kompas.com pada (11/1/2015), satu hal yang menjadi ciri khas Festival Ampyang Maulid ini yakni kirab mengarak gunungan nasi kepal.
Nasi kepal tersebut berisi lauk dan sayuran yang dibungkus daun jati, yang disempurnakan dengan penambahan kerupuk ampyang atau kerupuk warna-warni khas Kudus.
Sejumlah nasi kepal kemudian dirangkai menyerupai gunungan setinggi 1,5 meter.
Gunungan nasi kepal inilah yang kemudian diperebutkan warga sekitar setelah ampyang selesai didoakan oleh tokoh pemuka agama dan sesepuh agama Islam di Loram Kulon.
Dalam festival ini, pembagian ampyang menjadi puncak acara setelah kirab berakhir.
Tak hanya nasi kepal, dalam kirab tersebut turut diarak tandu berisi gunungan buah-buahan dan hasil sayuran lainnya.
Baca Juga : Tradisi Suku Naulu, Mau Nikah Harus Penggal Kepala Manusia Dahulu untuk Dijadikan Mas Kawin
Rangkaian Festival Ampyang Maulid di Kudus setiap tahunnya diadakan di halaman Masjid Wali At-Taqwa.
Festival Ampyang Maulid ternyata digelar bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi karena bertujuan mengajak para warga masyarakat untuk melakukan introspeksi diri di hari tersebut.
"Tradisi ampyang Maulid ini dilestarikan. Tradisi ini berfungsi bagi warga untuk introspeksi diri, kemudian supaya berperilaku yang mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW, ujar Anis Aminudin, tokoh masyarakat Desa Loram seperti dilansir Kompas (11/01/2015).
Dilansir Tribun Jateng pada (3/12/2017), Festival Ampyang Maulid tak dapat dilepaskan dari sosok Sultan Hadlirin.
Baca Juga : Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H : Dua Kebo Kyai Slamet Tak Diikutkan dalam Kirab Malam 1 Suro