Grid.ID - Hormon testosteron merupakan hormon yang sangat penting bagi pertumbuhan pria.
Hormon inilah yang memicu pertumbuhan tulang, otot, rambut dan gairah seksual.
Namun, sejalan dengan usia, hormon ini akan berkurang stiap tahun setelah pria mencapai usia 40 tahun.
"Kondisi ini juga disebut sindrom penurunan testosteron," ujar pakar andrologi Nugroho Setiawan.
Sejumlah gejala sindrom penurunan testosteron meliputi kelelahan, penurunan massa otot, penurunan daya ingat dan penurunan gairah seksual. Kondisi ini seringkali diabaikan orang awam akibat kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai sindrom penurunan testosteron.
BACA JUGA: Menurut Dokter, Ini 8 Bahaya Suntik Hormon Seperti Dilakukan Evelyn, istri Aming
"Hal ini membuat para pria berupaya mengobati sendiri penyakit ini dengan produk yang dijual bebas, tanpa mempertimbangkan bantuan yang ahli di bidangnya," kata Nugroho kepada Kompas.com.
Gaya hidup pria masa kini turut memicu kasus penurunan hormon testosteron pada usia muda.
Selain konsumsi alkohol yang tinggi, pola makan tidak sehat dan kurang olahraga merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko sindrom penurunan testosteron. Ironisnya, gaya hidup seperti itulah yang dianut pria moderen saat ini.
Medical Expert Primary Care dan Specialized Therapeutics PT Bayer Indonesia David Laksono Sigit menambahkan, sindrom penurunan testosteron dan disfungsi ereksi merupakan masalah yang sering ditemukan pada pria di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Salah satu terapi untuk mengatasi masalah itu adalah, injeksi testosterone undecanoate dan vardenafil.
Injeksi ini memungkinkan tercapainya kadar testosteron yang stabil dan konstan bagi tubuh untuk jangka waktu lama dengan dosis empat kali dalam setahun.
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya