Grid.ID - Gunung Agung memiliki indeks letusan atau Volcanic Explosivity Index (VEI) di angka dua sampai lima.
Saat meletus tahun 1963 punya indeks lima, sehingga kekuatan letusan Gunung Agung 10 kali lipat dari letusan Gunung Merapi pada tahun 2010.
Hal itu dikatakan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani, saat rapat koordinasi tanggap darurat di Kantor Bupati Karangasem, Sabtu (23/9).
"Kami berkaca pada saat letusan tahun 1963. Gunung Agung itu punya indeks lima. Dan tahun 1963 Gunung Agung erupsi itu 10 kalinya dari letusan Gunung Merapi," ungkap Kasbani.
Volcanic Explosivity Index (VEI) atau indeks letusan gunung api adalah skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan letusan gunung api.
Indeks yang pertama kali diciptakan di Smithsonian Institution, Washington D. C ini didasarkan pada dua hal, yaitu jumlah material yang dilontarkan atau dilepas saat letusan, dan ketinggian lontaran material tersebut ke atmosfer.
Ini adalah skala logaritmik, yang berarti bahwa setiap langkah perubahan merupakan urutan besarnya (atau 10 kali) meningkat selama langkah sebelumnya dalam hal amplitudo diukur.
Di Indonesia, Gunung Tambora (NTB) memiliki indeks terbesar yakni tujuh, disusul Gunung Krakatau (6), Gunung Agung (5), dan Gunung Merapi (4).
"Jadi dari empat ke lima itu selisih 10 kali. Tapi kita berharap bila meletus nanti, VEI Gunung Agung antara tiga sampai empat," terang Kasbani.
Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, Gede Suantika, VEI 3 jika meletus maka tinggi volume kolom abu mencapai 5 km sampai 10 km dari puncak Gunung Agung.
Muntahan materialnya sekitar 0,83 kilometer kubik dikeluarkan dalam akumulasi setahun. Mengacu pada letusan Gung Agung tahun 1963.
"Itu keluarnya hampir satu tahun. Tapi apakah dikeluarkan semuanya atau bertahap. Kita belum bisa pastikan," katanya saat ditemui di Pos Pemantau Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, kemarin.
Tegas, BPOM Tarik Produk Suntik DNA Salmon Dokter Richard Lee yang Tak Sesuai Izin Edar