Laporan Wartawan Grid.ID, Lalu Hendri Bagus
Grid.ID – Olahraga lari terus menjadi tren sejak beberapa tahun terkahir ini.
Penggemarnya sudah semakin banyak dan tak terhitung mulai dari anak sekolah hingga pekerja, bahkan artis dan pengusaha.
Semakin banyaknya penggemar olahraga lari ini menjadikan banyak kompetisi lari marathon bermunculan dan diminati penyelenggaraannya.
(Aduh Lagi Hamil, Aktris Korea Ini Tetap Lari Marathon Sejauh 21 KM!)
Sebut saja yang laris lebih awal dari jadwalnya yaitu Bali Marathon, Jakarta Marathon dan beberapa event lari terkemuka lainnya. Eventnya tidak hanya di Indonesia, para penggemar lari juga berani mengikuti ajang lari marathon di luar negeri seperti London Marathon, Tokyo hingga Berlin Marathon.
Ketahanan fisik yang baik sangat diperlukan untuk para marathoners, tidak heran di berbagai kota kini banyak bermunculan komunitas lari yang banyak diikuti kalangan dari beragam usia.
Namun ternyata olahraga praktis yang tanpa memerlukan alat khusus tersebut sebaiknya dipersiapkan secara lebih matang.
Pasalnya tidak sedikit pelari marathon berstatis pemula (virgin) mengalami cidera bahkan merenggut nyawanya.
Untuk itu, pemeriksaan kesehatan baiknya dilakukan oleh para pelari terlebih yang terbiasa lari jarak jauh untuk melihat kondisinya.
"Dibutuhkan pemeriksaan kesehatan sebelum ikut marathon supaya kita bisa mengikuti event olahraga itu dengan kondisi fisik yang optimal," ujar dr. Wishnu Hidayat saat ditemui Grid.ID dalam Grand Launching Prodia Marathon Fit Panel di Kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Minggu (17/12/2017).
Dokter spesialis keolahragaan klinik Prodia tersebut mengatakan, ia tidak ingin melihat seseorang berlari dalam kondisi sehat namun terpaksa sampai masuk rumah sakit saat tiba di garis finish lantaran kurangnya persiapan atau tidak melakukan pemeriksaan kesehatan guna mengetahui kondisi tubuhnya.
Jadi Tukang Besi di Kanada, Tengku Firmansyah Getol Kuliah Lagi di Usianya ke-47 Tahun dan Berhasil Lolos Entrance Exam: Alhamdulillah