Grid.ID - Super blue blood moon bukan sekadar peristiwaastronomi langka yang menggabungkan tiga fenomena sekaligus.
Momen ini juga berarti kesempatan khusus untuk mempelajari bulan bagi para astronom.
Gerhana menawarkan kesempatan untuk melihat apa yang terjadi saat permukaan bulan mendingin dengan cepat akibat terhalangnya cahaya matahari untuk sampai ke bulan.
Informasi ini akan membantu para astronom memahami beberapa karakteristik regolith atau campuran tanah dan batuan yang belum dan sudah mengalami pelapukan di permukaan bulan, juga bagaimana regolith berubah dari waktu ke waktu.
"Selama gerhana, suhu akan turun drastis. Seolah-olah bulan yang panas seperti oven berubah menjadi lemari es hanya dalam beberapa jam saja," kata Noah Petro, peneliti NASA, dilansir dari Tribunnews.com, Rabu (31/2018).
(Baca Juga: Duh Pintarnya Gempi, Masih Kecil Sudah Bisa Dubbing Iklan! Liat Deh Aksinya!)
Biasanya transisi temperatur ini terjadi selama 29,5 hari. Namun, adanya peristiwa gerhana membuat transisi ini terjadi begitu cepat.
Tiga peristiwa yang terjadi secara bersamaan ini akan dipelajari oleh para astronom dengan menggunakan kamera penginderaan panas atau thermal dari Observatorium Haleakala di pulau Maui Hawaii.
Tim melakukan investigasi terhadap tempat-tempat yang panasnya bisa terdeteksi melalui panjang gelombang yang tak terlihat.
Sebelumnya, tim telah melakukan penelitian semacam ini beberapa kali dan memilih lokasi bulan untuk melihat bagaimana bulan mempertahankan kehangatan sepanjang gerhana.
"Seluruh karakter bulan berubah saat kita mengamati dengan kamera thermal selama terjadi gerhana.
(Baca Juga: Gara-Gara TVXQ, Saham SM Entertainment Capai Titik Tertinggi! Kok Bisa Sih?)
Viral, Pembeli Curhat Disuruh Bayar Biaya Pakai Sendok dan Garpu Saat Makan di Warung Mie Ayam, Nota Ini Jadi Buktinya
Penulis | : | Siti Umaiya |
Editor | : | Siti Umaiya |