Grid.ID - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) merupakan kesatuan elit dalam jajaran militer Indonesia.
Sejarah pendirian Kopassus juga diwarnai dengan berbagai dinamika negeri ini.
Awalnya pada bulan Juli 1950 timbul pemberontakan di Maluku yang dilakukan oleh simpatisan Republik Maluku Selatan (RMS).
Mengetahui hal itu kemudian pihak pemerintah mengirim bala tentara untuk menumpas pemberontakan tersebut.
3 Senjata Maut Milik Indonesia Siap Jagal Kapal Induk Karel Doorman Belanda saat Trikora
Bala tentara Indonesia tersebut dipimpin oleh Panglima Tentara Teritorium III Kolonel Alex Evert Kawilarang (A.E Kawilarang).
Sedangkan komandan operasi lapangan dipegang oleh Letkol Slamet Riyadi.
Operasi penumpasan RMS ini berhasil dilaksanakan.
Akan tetapi banyak serdadu Indonesia yang tewas dalam pertempuran tersebut.
Gara-gara inilah Letkol Slamet Riyadi berinisiatif membentuk sebuah kesatuan khusus terdiri dari kelompok pasukan kecil yang bisa bergerak cepat dan efektif.
Anak Sedang Sakit, Sang Ayah Malah Asik Indehoi dengan Wanita Selingkuhan di Kos-kosan
Malang tak dapat ditolak, sebelum cita-citanya membentuk kesatuan khusus tercapai, Letkol Slamet Riyadi keburu gugur dalam suatu pertempuran.
Kemudian cita-cita Letkol Slamet Riyadi diteruskan oleh A.E Kawilarang.
Namun Kawilarang juga bingung untuk merumuskan apa dan bagaimana kesatuan khusus itu dibentuk.
Untungnya ia bertemu dengan seorang mantan Kapten 'Kompeni' KNIL Belanda, Rokus Bernardus Visser.
Visser juga pernah mengenyam pendidikan pasukan khusus Belanda, yakni Korps Speciale Troopen (KST).
Singkat cerita maka pada tanggal 16 April 1952 terbentuklah Kesatuan Komando Teritorium III (cikal bakal Kopassus) yang diinisiasi oleh Visser dan A.E Kawilarang.
Empat tahun tepatnya pada September 1956 hingga Maret 1958, Kawilarang menjabat sebagai atase militer Indonesia untuk Amerika Serikat yang berkedudukan di Washington DC.
Ketika pemberontakan PRRI/Permesta meletus, Kawilarang segera minta berhenti dari jabatannya sebagai atase militer lalu ia juga minta pensiun.
Kawilarang kemudian kembali ke tanah air dan langsung pergi ke Sulawesi Utara, bergabung dengan PRRI.
Ia kemudian diangkat menjadi Panglima Besar Angkatan Perang Permesta pada tahun 1960-1961 untuk menghadapi angkatan perang Indonesia.
Namun akhirnya PRRI/Permesta dapat ditumpas.
Kawilarang juga kena cekuk oleh tentara Indonesia.
Melalui Keppres 322/1961, Presiden Soekarno kemudian memberikan amnesti dan abolisi kepada Kawilarang.
Nama baik Kawilarang pun dipulihkan akan tetapi pangkatnya diturunkan dalam dinas TNI menjadi kolonel purnawirawan.
Beliau kemudian meninggal pada tanggal 6 Juni 2000 di Jakarta.(Seto Aji/Grid)
Source | : | wikipedia,kopassus.mil.id |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |