Kate Morgan tidak berbeda dengan wanita Iowa pada umumnya. Namun kisah kematiannya menyita perhatian banyak orang. Di Hotel del Coronado, tidak sedikit yang percaya arwahnya mendekam disana. Jika kamu beruntung, kamu akan menemukan wajahnya berseliweran di lorong-lorong hotel.
Grid.ID - Lahir dan besar di Iowa 1864, Kate Morgan menetap bersama keluarga besar ibunya, tepat dua tahun sebelum ibunda menghadap sang khalik.
Hanya bertahan setahun, Kate setelahnya diasuh sang kakek tahun 1865.
Saat menacap usia 20, ia dipinang seorang pria bernama Thomas Edwin Morgan.
Hantam Mahluk Mengerikan, Ibu dan Anak Tewas Terbakar dalam Mobil
Nahas, pernikahan Kate dan Thomas tidak berjalan baik.
Kate sempat melahirkan putra Thomas, malang bayinya hanya sanggup bertahan dua hari dan meninggal.
Kate sempat memadu kasih dengan seorang pria bernama Albert Allen.
Lagi-lagi hubungannya kandas di tengah jalan.
Tidak diketahui pasti apakah Kate akhirnya bercerai dengan Thomas namun yang jelas Kate menjalani tahun-tahun setelahnya dalam sakit dan sepi.
Seorang diri, catatan kehidupan Kate selanjutnya bergerak menuju San Diego.
Ia menginap di Hotel del Coronado di penghujung November tahun 1892.
Perpustakaan Keledai: Kisah Pria yang Bertekad Mengirimkan Buku Hingga Pelosok Desa
Menginap dengan nama samaran 'Mrs. Lottie A. Bernard' ia dikenang para resepsionis dan staff hotel sebagai wanita yang sopan, memiliki paras rupawan namun tampak begitu murung dan dingin.
Ia banyak menghabiskan waktunya seorang diri mendekam dalam kamarnya.
Hanya staff pembersih kamar yang acap berhubungan dengan Kate. Padanya ia mengaku menderita kanker perut.
Kate banyak menghabiskan waktunya di kamar hotel, dan tak seorang pun tercatat mengunjunginya.
Beberapa hari di hotel, Kate mengalami depresi akut, semangatnya merosot tajam, gairah hidupnya luruh.
Hingga suatu kali, Kate memberanikan diri ke luar kamar, menuju kota demi membeli sebuah senjata api.
Kematian dan Arwah yang Enggan Beranjak
Malam hari pada 28 November, Kate menuju beranda luar hotel.
Sebuah pistol di genggamannya, ombak bergulung dan deru angin bersahut-sahutan.
Kate menghadap laut dan tak lama kemudian ia tersungkur, suara senapan senyap dalam gulungan badai.
Pagi harinya, seorang teknisi listrik Hotel del Coronado menemukan mayatnya di dekat pantai.
Polisi dengan sergap mengevakuasi mayatnya dan menutupi kasus berdarah itu dari penghuni hotel lainnya.
Jenazah Kate Morgan kemudian dimakamkan di Mount Hope Cemetery, San Diego, tak jauh dari hotel tempatnya menginap.
Meski kematian dan pemakaman Kate adalah satu-satunya kisah yang dapat diverifikasi kebenaranya, banyak mitos yang beredar seputar kematiannya.
Tahun 1980-an, Allan May, seorang pengacara di San Francisco mulai menyelidiki kasus kematian Kate Morgan.
Ia menemukan fakta bahwa peluru yang ditemukan dalam tengkorak kepala Kate morgan tidak sesuai dengan kaliber pistol yang ditemukan di samping tubuhnya.
Penemuan baru itu mengarahkan pada dugaan Kate Morgan tewas bukan disebabkan bunuh diri.
Meski ada penemuan baru terkait kematian Kate, kasusnya tidak pernah secara resmi dibuka kembali.
Lantas beragam versi latar belakang kematiannya santer beredar, tidak sedikit yang meyakini roh Kate Morgan tak pernah meninggalkan Hotel del Coronado.
Banyak laporan soal penampakan mahluk halus yang diduga arwah penasaran Kate.
Belum lagi kejadian-kejadian ganjil macam suara-suara aneh, pintu yang membuka-tutup sendiri, dan bau amis darah.
Tidak sedikit tamu yang melaporkan lampu dan televisi yang mendadak hidup dan mati dengan sendirinya.
Petugas hotel bahkan sempat melihat barang-barang hiasan yang berada di rak hotel berterbangan.
Sontak kisah arwah penasaran Kate jadi daya tarik sendiri bagi banyak pegiat dunia mistis.
Arwah penasaran Kate Morgan dan Hotel del Coronado bak dua bilah mata pisau: erat dan berkaitan.
Anehnya, kamar terakhir tempat Kate menginap merupakan kamar yang paling banyak diminati para tamu. (*)
3 Golongan Orang yang Tak Boleh Konsumsi Daun Salam, Efeknya Bisa Berbahaya Bagi Tubuh, Siapa Saja?
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |