Grid.ID – Orang tua pastinya ingin memastikan anak-anaknya dalam keadaan baik, mandiri dan memperlakukan orang lain dengan belas kasih.
Namun, tentu saja itu tidak mudah bagi seorang anak, apalagi mereka masih duduk di bangku sekolah.
Anak-anak akan tetap menjadi anak- anak.
Satu kisah dari seorang ibu bisa menjadi pelajaran bagi para orang tua untuk mengajarkan anak-anak mereka tentang cara menghargai sesama temannya.
Saya seorang perawat di Ruang Gawat Darurat dan kami tidak diizinkan membawa ponsel ke dalam ruangan.
BACA 5 Tahapan Skin Care yang Bisa Bikin Kulit Wajah Flawless Kaya Cewek Korea, Contek yuk!
Kemudian, ada sebuah panggilan telepon ke rumah sakit dengan sambungan pribadi untuk saya.
“Selamat siang, ini dari sekolah. Ada insiden yang melibatkan putri ibu. Kami mengharapkan ibu bisa datang ke sekolah sekarang.”
“Apakah dia sakit atau terluka? Bisakah menunggu sampai giliran saya selesai dalam 2 jam?”, tanya saya.
“Putri ibu telah memukul siswa lain. Kami sudah mencoba menghubungi ibu selama 45 menit karena ini sangat serius”, ucap sang guru.
Tanpa pikir panjang, saya pun langsung bergegas ke sekolah.
BACA Ditanya Alasan Pakai Narkoba, Jennifer Dunn: Saya Gampang Depresi!
Di sana, saya melihat putri saya, gurunya, seorang guru laki-laki, kepala sekolah dan seorang anak lelaki dengan darah di sekitar hidungnya serta orang tuanya.
Setelah duduk, saya meminta maaf atas ketidaknyamanan yang membuat mereka harus menunggu agak lama.
Usut punya usut, ternyata bocah lelaki itu telah menarik tali bra putri saya sehingga putri saya meninju wajahnya dua kali.
Namun dalam perbincangan tersebut, saya mendapat kesan bahwa putri saya yang lebih disalahkan karena telah meninju wajah temannya.
Saya akhirnya menanyakan ke putri saya kejadian yang sebenarnya terjadi.
BACA Harga Tiket Konser Wanna One di Indonesia Telah Rilis, yuk Kepoin!
“Dia menarik tali bra saya namun saya telah memintanya untuk berhenti. Tetapi dia tetap tidak berhenti.
Akhirnya saya memberitahu pak guru namun ia mengatakan untuk mengabaikannya.
Karena sudah tak tahan dengan kelakuan bocah ini, akhirnya saya meninju wajahnya dua kali. Lalu dia berhenti”, ungkap putri saya.
Tak terima dengan perlakuan guru pria, saya lantas bertanya,
“Anda membiarkannya melakukan ini? Kenapa anda tidak menghentikannya? Kemarilah dan biarkan saya menyentuh bagian depan celanamu.”
BACA 4 Rekomendasi Tempat Kuliner Asyik dan Lezat di Jogja dari Food Blogger Hans Danials
“Apa?”, guru pria itu kaget mendengar kata-kata saya.
“Apakah itu terdengar tidak pantas bagi anda? Mengapa anda tidak menarik bra teman guru anda saat ini? Apakah itu telihat sebagai sebuah lelucon?
Kamu pikir hanya karena mereka masih anak-anak lalu itu terdengar menyenangkan?”, tutup saya.
Tak terima dengan penjelasan saya, sang kepala sekolah akhirnya menjawab,
“Dengan segala hormat, putri anda telah memukuli anak lain.”
Saya juga tak terima dengan penjelasan kepala sekolah, akhirnya menjawab
“Tidak. Dia membela diri terhadap serangan seksual dari murid lain.
BACA Yuk Intip Koleksi Bikini Shandy Aulia yang Stylish dan Super Seksi!
Berapa kali putri saya harus membiarkan dia menyentuhnya? Jika orang yang seharusnya membantu dan melindunginya di ruang kelas tidak dapat diganggu, apa yang harus dia lakukan?
Dia menarik bra-nya dengan sangat keras hingga terlepas.”
Akhirnya saya membawa putri saya pulang.
Saya akan melaporkan hal ini ke administrator sekolah. Sebelum pulang saya berpaling ke bocah itu dan berkata,
“Sentuh putri saya lagi, saya akan meminta kamu ditangkap karena kekerasan seksual, apakah kamu mengerti?”
Nah, kisah di atas menjadi pelajaran sangat berharga buat orang tua serta anak-anak mereka.
Kekerasan bukanlah menjadi jawaban terbaik, tetapi ada contoh di mana pembelaan diri bisa menjadi satu-satunya jalan. (*)
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?
Source | : | newsner |
Penulis | : | Yuliana Sere |
Editor | : | Yuliana Sere |