Grid.ID - Teror bom yang belakangan terjadi di Indonesia rupanya memiliki hubungan dengan ISIS.
Sejak beberapa tahun lalu, kelompok radikalisme islam ini memang sudah mulai memasuki wilayah Indonesia.
Kapolri Tito Karnavian juga mengungkapkan jika peristiwa ledakan bom bunuh diri di Surabaya memang memiliki hubungan dengan ISIS.
Ia menambahkan, jika serangan teror bom ini juga terjadi di beberapa negara lainnya.
Pada pertengahan Februari lalu, Independent membuat artikel tentang pengakuan ratusan wanita yang pernah bergabung dengan ISIS yang ditangkap oleh Pasukan Kurdi di Suriah.
Mereka mengaku jika selama berada di sana, mereka mendapatkan perlakuan yang sangat buruk.
Disiksa dan dihina, kehidupan anak-anak juga sangat tidak layak.
BACA JUGA 4 Hal Tentang Dabiq, Majalah Propaganda ISIS dengan Desain Stylish
Ratusan wanita itu diantaranya berasal dari Australia, Turki, Perancis, Tunisia, Yaman, Kanada dan Inggris.
Beruntung, pemerintah Kurdi lebih memilih memulangkan mereka ke negara asalnya daripada menghukumnya.
Melansir dari berbagai sumber, Grid.ID telah merangkum beberapa pengakuan wanita yang pernah menjadi simpatisan ISIS.
Langsung simak di sini ya.
1. NKD - Indonesia
Pengakuan pertama datang dari wanita asal Indonesia yang berinisial NKD.
Dalam wawancaranya bersama Rosi di Kompas TV, NKD mengaku jika ia tertipu dengan rayuan yang diberikan ISIS.
BACA JUGA Punya Ideologi Anti Wanita, Apa yang Sebenarnya Dilakukan ISIS Terhadap Perempuan?
Mengenal ISIS dari Internet, NKD tergiur dengan kehidupan di sana yang tampak begitu damai sehingga membuatnya semakin ingin berhijrah.
Namun sayangnya, setibanya NKD di Suriah ia justru merasa kecewa karena diperlakukan tidak manusiawi.
Kaum laki-laki dipaksa untuk ikut berperang dan perempuan hanya dijadikan objek pemuas nafsu para pejuang ISIS.
NKD juga mengaku jika ia merasa tindakan ISIS sangat jauh berbeda dengan ajaran Islam.
NKD yang kembali ke Indonesia pada pertengahan Agustus 2017 lalu.
Di dalam wawancara itu, NKD juga mengungkapkan bahwa ia sangat menyesal dan akan memperbaiki kesalahannya.
NKD juga berharap agar masyarakat Indonesia mau menerimanya kembali dan tidak tergoda dengan jebakan ISIS.
BACA JUGA Lewat Situs-situs ini Teroris dan ISIS Lancarkan Propagandanya
2. Rita Habib
Rasa haru menyelimuti Rita Habib setelah bertemu kembali dengan sayahnya pada 4 April lalu.
Rita Habib sempat menjadi korban penculikan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Semua ini bermula ketika Habib pergi ke turki untuk mendapatkan suaka bagi dia dan ayahnya.
Sayangnya, ketika Habib kembali pada 6 Agustus 2014, ISIS menyerang Qaraqosh, kampung halamannya.
Keesokan harinya, ia dan perempuan lainnya dibawa ke Mosul, jantung pemerintahan ISIS di Irak.
Saat itu mereka diberitahu akan menjadi bagian dari pertukaran tahanan.
Namun, Habib kemudian mendapati bahwa apa yang diucapkan ISIS bohong, mereka justru dijual untuk dijadikan budak pemuas nafsu belaka.
Pada penjualan ke lima, ternyata Habib dibeli oleh anggota Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dan membawa mereka keluar dari Provinsi Deir el-Zor.
Habib kemudian tinggal selama empat bulan di sebuah pengungsian sebelum bertemu kembali dengan sang ayah di Erbil.
Habib kemudian berniat untuk membagikan kisahnya dan membantu para wanita lainnya yang masih menjadi tawanan ISIS.
3. Farida Abbas Khalaf
Awalnya ia merupakan mahasiswa biasa di Irak, namun hidupnya berubah pada 2014.
Kepada Daily Mirror Khalaf bercerita ketika itu kelompok ISIS menyerang desanya.
Setiap laki-laki yang ada di desanya dibunuh, sementara para perempuan ditawan dan dibawa ke Raqqa yang merupakan ibukota ISIS di Suriah.
BACA JUGA Diduga Penyandang Dana ISIS, Putri Saddam Hussein Kini Jadi Buronan Interpol
Setiap hari, Khalaf tidak sekadar disiksan dan disuruh melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga, ia juga menjadi budak pemuas nafsu kelompok radikal tersebut.
Selama dua bulan pertama Khalaf menerima perlakuan tidak manusiawi yang membuatnya kesulitan berjalan dan terluka.
Khalaf juga mengaku jika ia pernah dijual dari anggota ISIS ke anggota ISIS lainnya.
Kesempatan kabur terbuka ketika salah satu petinggi ISIS bakal membunuhnya.
Khalaf dan lima perempuan Yazidi lainnya kabur pada malam hari dan mencoba bersembunyi di salah satu rumah warga pada keesokan paginya.
Saat ini, Khalaf dilaporkan tinggal di Jerman dan mulai menata kembali hidupnya.
Ia juga aktif dalam lembaga non profit bernama Yazda yang berusaha membawa anggota ISIS untuk diadili.(*)
Kemensos Ajak Agus Salim Tabayyun, Apresiasi Kehadiran Pratiwi Noviyanthi dan Denny Sumargo di Kementerian
Source | : | kompas,tribun |
Penulis | : | Septiyanti Dwi Cahyani |
Editor | : | Septiyanti Dwi Cahyani |