Semakin banyak kita melibatkan orang-orang dengan berbagai pandangan ke dalam sistem politik, maka semakin kecil kemungkinan mereka melakukan aksi radikal - Greg Fealy
Grid.ID - Pengamat politik dan Islam Indonesia dari Australian National University (ANU) di Canberra, Greg Fealy mengatakan bahwa polisi merupakan salah satu musuh utama teroris.
"Polisi masih menjadi musuh utama atau target para jihadis," ujar Greg yang juga Kepala Departemen Perubahan Politik dan Sosial di ANU sebagaimana dikutip dari AustraliaPlus.
Greg juga menyikapi pernyataan polisi yang mengatakan keluarga pelaku bom Surabaya belum pernah ke Suriah.
Kisah Penangkapan Terduga Teroris di Probolinggo dan Tangerang
Terlepas dari benar-tidaknya pernyataan kepolisian, Greg lebih memilih menyoroti oknum yang memberikan akses pendidikan terroris pada mereka.
"Tapi yang terpenting lagi ini menunjukkan banyaknya elemen yang butuh perhatian lebih, seperti siapa yang melatih dan mengajarkan mereka, terutama pada sang ayah, Dita untuk membuat bom yang cukup canggih dan menjadi yang terbesar sejak 2009," ucap Greg.
"Masalah utama bagi para jihadis pro ISIS di Indonesia adalah tidak memiliki kemampuan, jadi butuh sedikit orang yang bisa berbagi keahlian untuk dapat meningkatkan ancaman teroris," ucap Greg.
Greg menambahkan, "Dita menjadi contoh ini dan polisi tak memiliki informasi banyak soal dirinya. Tapi jika Dita mendapatkan pengetahuannya secara online, ini pun akan menjadi hal yang baru."
Sementara itu menyoal pertumbuhan paham radikal di Indonesia, Greg khawatir paham ini memang terlalu dipaksakan dengan kondisi sosial budaya di Indonesia.
"Bisa dikatakan berlebihan jika dikategorikan sebuah kelompok yang ingin menegakkan syariah atau mengubah Indonesia jadi negara Islam, karena politik Islam di Indonesia tidaklah efektif, meski media melaporkannya seolah sudah terjadi," ucapnya.
Akan Menikah, Calon Pengantin Malah Diculik, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Menghentikan radikalisme dan masa depan Indonesia
Menurut Greg, bibit radikal dapat dihentikan jika ada saluran politik yang sehat.
"Semakin banyak kita melibatkan orang-orang dengan berbagai pandangan ke dalam sistem politik untuk menyampaikan suara serta memberikan kesempatan, maka semakin kecil kemungkinan mereka untuk melakukan aksi radikal."
Kondisi di Indonesia hari ini lebih memungkinkan bagi semua kalangan untuk terlibat politik yang sehat.
"Tapi ada sebagian kecil yang juga menolak apa yang disebut demokrasi dan ingin menggantinya dengan sistem lain."
"Seberapapun pluralisnya sebuah negara, tetap akan selalu ada sejumlah kecil yang menolak pandangan ini."
Dalam amatan Greg, toleransi di Indonesia mengalami peningkatan secara umum dalam kurun 10 tahun terakhir.
Namun di saat yang bersamaan, intoleransi juga meningkat, terutama di kalangan Muslim kelas menengah di kota-kota besar, yang menurutnya berperan menyingkirkan Ahok dari dunia politik.
"Data ini kompleks, karena tidak menunjukkan satu arah saja, tapi ada tren berbeda pada sejumlah kelompok warga."
"Secara keseluruhan warga Indonesia lebih toleransi saat ini dibandingkan 10 tahun," tambahnya. (*)
Source | : | abc.net.au |
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |