Laporan Wartawan Grid.ID, Nindya Galuh A.
Grid.ID - Seorang perawat Palestina dilaporkan tewas terbunuh sniper Israel.
Dalam insiden itu, perawat berusia 21 tahun tersebut sedang mencoba membantu pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza.
Wanita muda berparas cantik tersebut segera bergegas ke area berbahaya untuk menolong korban terluka.
Perawat tersebut bernama Razan al Najjar.
(BACA JUGA: Tewas Ditembak Sniper Israel, Ini 7 Fakta Razan al Najjar, Relawan Perawat Muda di Jalur Gaza)
Niat baik Najjar rupanya mengantarkannya pada maut.
Dari seberang pagar, dua atau tiga peluru meluncur dan tepat mengenai bagian dadanya.
Tak lama setelah kejadian ini, Najjar dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (1/6/2018).
Setelah peristiwa menyedihkan itu, akun Instagram @the_emancipated mengunggah sosok sniper yang telah menembak mati Najjar.
(BACA JUGA: Kronologi Tewasnya Razan Najjar, Perawat Relawan Muda Yang Tewas Tertembak Tentara Israel saat Sedang Menolong Pasien Luka )
Menurut keterangan akun tersebut, sniper Israel yang menembak Najjar adalah seorang wanita bernama Rebecca.
Dia bukanlah orang Israel asli.
Rebbeca diketahui sebagai warga negara Amerika Serikat yang tinggal di Boston.
"Inilah orang bernama Rebecca (kiri) dari Boston, dialah yang membunuh Razan Al Najjar (kanan), seorang paramedis dari Palestina berusia 21 tahun," tulis keterangan di akun itu.
(BACA JUGA: Kenali Manfaat Konsumsi Lemak Saat Diet, Ternyata Penting Banget)
Akun tersebut juga menjelaskan bahwa Rebecca tidak punya hubungan apapun dengan Palestina.
Ia bukanlah orang Palestina.
Rebecca memilih untuk bergabung dengan Israel dan membantu pasukkan itu untuk melakukan genosida.
Melansir Tribunstyle.com dari akun Facebook IDF, Rebecca bergabung dengan Israel di usia 18 tahun.
"Meski berkewarganegaraan Amerika Serikat, pada usia 18 tahun ia meninggalkan semua yang ia punya untuk datang ke Israel dan tinggal di sana.
(BACA JUGA: Ingin Tampil dengan Wajah Cerah Saat Lebaran? yuk Pakai 5 Masker dari Bahan Alami Ini!)
Ia mendaftar masuk ke Pasukan Pengaman Israel (IDF) sebagai tentara yang memiliki spesialisasi di bidang pendidikan.
Tetapi setelah itu, ia memutuskan bahwa ia lebih cocok di lapangan.
Saat ini, ia merupakan tentara terlatih di Intelijen Lapangan IDF, mempertahankan rumah yang ia tahu dan ia cintai," dikutip dari laman Facebook IDF.
Kematian Najjar membuat Menteri Kesehatan Palestina, Jawad Awwad, menyebut tindakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) masuk dalam kategori kejahatan perang.
(BACA JUGA: Roy Kiyoshi Dipeluk Dewi Persik Sambil Menari, Netizen: Ih Roy lu kok genit sih!)
"Aksi pasukan Israel merupakan bentuk pelanggaran langsung konvensi internasional," kecam Awwad seperti dilansir Russian Today.
Sementara Menteri Kehakiman Palestina, Ali Abu Diak, mendesak agar Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengambil tindakan.
"Saya meminta ICC untuk mendokumentasikan kebrutalan Israel, dan menyeret mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang," kata Diak.
Juru bicara IDF tidak memberikan penjelasan atas insiden itu.
(BACA JUGA: Tega! Seorang Ibu Aniaya dan Suruh Balitanya yang Baru Berusia 2 Tahun Tidur Di Luar Kamar Kos)
Sementara itu, Najjar merupakan orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes Great Return March yang dimulai bulan Maret.
Kematian Najjar merupakan satu-satunya kematian yang terdaftar pada hari Jumat.
(*)
Tangis Nunung Pecah saat Singgung Soal Kariernya di Dunia Hiburan, Sebut Perannya Kini Sudah Tergantikan
Source | : | Instagram,New York Times,TribunStyle,Middle East Eye |
Penulis | : | Nindya Galuh Aprillia |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |