Grid.ID - Di usianya yang tak lagi muda, Inge Ginsberg mampu mengisi lini vokal dalam sebuah band death metal.
Sangat kontras dengan tampilannya, Grinsberg mendapatkan sorotan dari berbagai media.
Sebab bagaimana bisa nenek berusia 96 tahun menjadi vokalis band yang beraliran keras itu.
Ginsberg baru-baru ini menjadi ikon musik death metal.
(BACA JUGA : Dira Sugandi Dilarikan ke UGD Setelah Alami Sesak Napas Saat Geladi Resik )
Seorang sutradara, Leah Galant berhasil membuat film dokumenter tentang Ginsberg dan kemudian ditayangkan di The New York Times pada 17 Juli 2018.
Saat Galant mengunjungi rumah Ginsberg, dia berharap melihat tempat yang menyimpan koleksi band seperti Metallica.
Namun, hal itu tak ditemukan Galant ketika sampai di rumah sang vokalis ini.
Di rumah Ginsberg tak ada yang bersangkutan dengan death metal.
(BACA JUGA : Selain Tessa Mariska, Diduga Ada Banyak Artis yang Jadi Korban Elly Sugigi )
Galant pun mengaku bahwa saat itu dia merasa mengunjungi rumah neneknya.
Nah, di balik usianya yang sudah renta, Ginsberg masih memiliki jiwa membara untuk menyampaiakan cerita luar biasa.
Ginsberg merupakan wanita yang lahir lahir di Austria.
Namun, dia kemudian kabur ke Swiss ketika Perang Dunia II berkecamuk untuk menghindari Holocaust.
(BACA JUGA : Geger! Pria Berjaket Ojol, Skutiknya Mahalan Dari Toyota Sienta )
Ginsberg akhirnya menjalani hidup di sebuah kamp pengungsian.
Nah, baru kemudian setelah perang, dia dan suaminya, Otto Kollmann pindah ke Hollywood.
Mereka mulai membangun kehidupan baru.
Bahkan, Ginsberg pernah menjadi penulis lagu bagi beberapa penyai top di era 50-an seperti Nat King Cole, Doris Day, dan Dean Martin.
(BACA JUGA : Wanita Berusia 60 Tahun Lakukan Operasi Plastik Hingga Terlihat Seperti Gadis 20 Tahun untuk Menghindari Hutangnya )
Namun, dia akhirnya merasa jenuh dengan kehidupan yang dijalaninya di Hollywood.
"Semuanya palsu. Jadi saya memutuskan untuk keluar," kata Ginsberg.
Nah, di masa tuanya Grinsberg tetap menuliskan lirik lagu dan puisi.
Tapi dia terkadang frustasi karena pesan dari karyanya tak menjagkau audiens yang luas.
Hingga akhirnya, Ginsberg bertemu dengan musisi bernama Pedro De Siwa.
Pedro kemudian memberikan solusi untuk membuat musik Death Metal agar Ginsberg dapat menyampaiakan pesan dari karyanya.
Pedro mengenang pertemuannya dengan Ginsberg.
Saat itu dia sedang melihat Ginsberg menulis lirik tentang darah dan kematian.
"Saya kemudian membacanya dan berkata kepada Inge. 'Apa yang Anda tulis ini seperti lirik lagu death metal'," kenang Siva.
Nah, akhirnya Pedro dan Ginsberg yang saat itu berusia 93 tahun membentuk band dan diberi nama TritoneKings.
Ginsberg bertugas menciptakan lirik, sementara Pedro mengaransemen musiknya. (*)
Inilah Wajah Pemenang Lomba Mirip Nicholas Saputra, Kantongi Rp500 Ribu, Mata dan Hidung Plek Ketiplek?
Source | : | The New York Times |
Penulis | : | Arif B Setyanto |
Editor | : | Arif B Setyanto |