Grid.ID - Korban gempa yang kini dirawat di RSUD Andi Makkasau, Kota Parpeare, Sulawesi Selatan, mengisahkan cerita heroik saat mereka menyelamatkan keluarganya.
Salah satunya adalah Alfionita, ibu muda warga Jalan Maleo, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Alfionita menyelamatkan bayinya berumur 12 hari di tengah goncangan gempa berkekuatan 7,4 magnitudo.
Baca Juga : CPNS 2018: Ini Bocoran Instansi yang Paling Sepi Peminat
Alfionita saat terjadi gempa di Palu tengah menggendong sambil menyusui sang anak yang masih berumur 12 hari. Melihat bagian rumahnya berjatuhan akibat guncangan gempa, Alfionita kemudian berusaha keluar dari rumah BTN miliknya.
Ia sempat terjatuh beberapa kali dan terkena reruntuhan rumahnya. Ia terus melindungi anaknya dari reruntuhan bangunan rumah.
“Saat menyusui Saulebang, saya melihat perabotan rumah jatuh satu persatu. Melihat bangunan rumah mulai berjatuhan, saya tersadar gempa sedang melanda Kota Palu," kisa Alfionita di ruang NICU RSUD Andi Makkasau, Kota Parepare, Selasa (3/10/2018).
Saulebang tetap terlindungi dalam dekapannya. Setelah berupaya menyelamatkan diri, akhirnya Alfionita menemukan tempat yang aman bersama bayinya sebelum akhirnya ditemukan warga. Dia kemudian diajak mencari tempat yang lebih aman. Alfionita dan anaknya tidak mengalami luka sedikit pun.
Baca Juga : Juara KDI, Abi Akan Beri Sebagian Hadiahnya Untuk Korban Gempa Palu dan Donggala
“Reruntuhan rumah sempat mengenai diri saya, namun Saulebang tetap saya lindungi dengan tangan bahkan dengan kepala saya. Sempat terjatuh beberapa kali akibat guncangan, akhirnya saya berhasil keluar dari dalam rumah yang mulai runtuh," jelas Alfionita.
Alfionita bersama suami dan anaknya, Saulebang, kemudian diajak mengungsi oleh mertuanya ikut ke Kota Parepare, Sulawesi Selatan.
Namun dalam perjalanan sejauh 684 kilometer dari Palu ke kota kelahiran sang suami, Parepare, melalui jalan darat, Alfionita dan rombongan sempat tertahan di perjalanan karena puing-puing rumah dan jalanan yang rusak.
“Dalam perjalanan ke Mamuju, Sulawesi Barat, kami menempuh perjalanan selama lima hari, karena masih jalan yang rusak dan puing puing bangunan rumah yang berserakkan di jalanan," cerita Alfionita.