Tionghoa menjadi salah satu etnis terbesar di Singkawang, Kalimantan Barat. Selain itu ada etnis Dayak dan Melayu.
Oleh karena itu saat anda berkunjung ke Singkawang, banyak ragam kuliner yang terbuat dari olahan mi, di antaranya mi asin, mi tiau asu, mi kering, dan yang lainnya.
Salah satu yang mudah ditemui dan sangat ramai pengunjung ialah Bakso Sapi Bakmi Ayam 68.
Kedai tersebut berlokasi di Jalan Pangeran Diponegoro nomor 68. Kedai yang menyajikan aneka olahan mi tersebut banyak direkomendasikan masyarakat lokal.
Salah satu yang unik di sini, sang koki memasak mi tersebut sambil dilempar-lempar ke atas. Oleh karena itu mi tersebut terkenal di masyarakat dengan sebutan mi loncat.
“Karena kalau gak dilempar bakal lengket, setelah dilempar mi akan pecah atau terpisah satu demi satu helai,” ujar Herry Liu, sang pemilik sekaligus koki di kedainya, saat dikunjungi KompasTravel dalam kegiatan Oppo Selfie Tour 2017 Singkawang, Minggu (12/2/2017).
Ia mengatakan trik dilempar tersebut bukan semata-mata untuk atraksi mengundang pembeli. Namun karena tekstur mi buatannya sangat lengket ketika dibuat.
Mi bakso dan pelengkap lain di kedainya merupakan racikan keluarganya sendiri, hanya kwetiau yang ia beli di pasar.
“Pertama kali buka belum dilempar, sejak tahun 77 lebih mulai dilempar. Orang sini memang nyebutnya bakmi loncat atau bakmi lempar,” tuturnya dengan senyum khas pada para pembeli yang sedang mengabadikan atraksinya di depan kedai.
Salah satu menu favorit di sini ialah bakmi Spesial 68, KompasTravel pun mencoba hidangan spesial kedai tersebut.
Dalam semangkuk bakmi spesial 68, terdapat begitu banyak lauk, yaitu babat, telur dadar potong, tahu, hekang, ayam, udang kupas, daging sapi, dan bakso. Untuk sayurnya terdapat daun selada, dan kecambah.
Kuah pun disediakan terpisah, sengaja dipesan agar KompasTravel bisa merasakan satu-persatu.
Kuah baksonya begitu terasa aroma kaldu sapi, segar. Bakso buatan kedai ini pun bertekstur empuk, meski serat-serat urat sapi yang padat masih terasa, nampaknya cukup mahir dalam membuat bakso.
Ragam lauk yang tercampur di atas mangkuk mi pun menunggu untuk disantap. Salah satu yang unik terdapat telur dadar yang diiris memanjang, lalu hekang, sejenis kwetiau berbahan daging udang giling.
Meski sudah terdapat udang kupas, hekang tersebut menambah cita rasa gurih mi spesial 68.
Babat dan daging sapinya pun tak berbau amis, menurut Herry karena sudah mengalami perebusan yang lama.
“Tahunya lembut banget di dalam, bahkan terasa lumer pas digigit,” ujar Oik, salah satu wisatawan dari Jakarta.
Kini saatnya merasakan bagian utamanya, yaitu mi yang juga buatan kedai sendiri. Mi di sini terlihat sangat keriting, teksturnya tidak lembek dan tidak mudah mengembang hingga lebih dari 30 menit hidangan tersaji.
Salah satu wisatawan asal Lampung, Yoana yang baru pertama kali ini mengaku bakso dan minya spesial. “Bakso dan minya memang enak, tahunya juga, tapi kuahnya kurang cocok nih sama lidah saya, terlalu asin,” ujarnya.
Nah, bagi wisatawan Muslim, jangan khawatir karena bakmi ini salah satu bakmi yang halal. Bahkan Herry mengaku bakminya ialah bakmi pertama yang halal, yaitu sejak tahun 1977.
Saat ditanya mengapa menjual makanan halal, ia menjawab sebagian keluarganya merupakan Muslim.
Kedai ini menjual aneka olahan mi mulai harga Rp 9.000 hingga Rp 38.000. Bakso Sapi Bakmi 68 ini tak punya jam operasional tetap ternyata.
Namun, Hari mengatakan kedainya buka sekitar pukul 09.00-10.00 pagi. Waktu buka tersebut tergantung banyaknya porsi yang disiapkannya, dan tutup paling malam pukul 20.00 WIB.
“Kalau ada perayaan atau libur kan butuh porsi banyak jadi bukanya lebih siang dikit karena nyiapin dulu,” tutup Herry.