Find Us On Social Media :

Nggak Masalah Ayah ikut Mandikan Si Kecil

By Editor, Jumat, 17 Februari 2017 | 20:40 WIB

Pekukan Ibu dan Anak Ciptakan Bonding

Kontak fisik atau sentuhan antara ibu dan bayi menimbulkan kehangatan, kasih sayang, rasa bahagia, rasa aman, rasa mencintai di antara ibu dan anak. Coba deh ingat-ingat lagi saat kecil dulu, bagaimana nikmatnya sebuah pelukan. Di saat kita takut atau sedih, pelukan seolah menjadi obat yang dapat menyembuhkannya. Karena itu, bonding sangat bermanfaat bagi bayi juga ibu.

          Jadi, apabila ibu memberikan rasa hangat dan nyaman secara konsisten dan kontinu kepada bayi, maka bayi akan merasa aman, dicintai, dan terlindungi, serta akan mengembangkan perasaan bahwa orang-orang di dunia sosialnya dapat dipercaya dan saling menyayangi. Sebaliknya, jika ibu tak dapat memberikan bonding, bayi akan mengembangkan rasa tidak percaya dan akan selalu curiga kepada orang lain. Jelaslah, bonding sangat memengaruhi perkembangan kepribadian bayi kelak.      

          Ini sesuai dengan tahap perkembangan kepribadian yang diutarakan Erik Erikson. Pada masa bayi (infancy) yang berlangsung di usia 0—1,5 tahun dan dikenal dengan masa oral, tugas yang harus dijalani adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekankan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan (trust vs mistrust). Nah, bonding dapat menumbuhkan kepercayaan pada bayi. 

SEGERA SETELAH BAYI LAHIR        

          Untuk dapat melakukan bonding, ibu hanya perlu memiliki perasaan bahagia, nyaman, dan ketulusan hati saat mengasuh si kecil. Perasaan-perasaan seperti itu sebenarnya sudah dimiliki ibu secara alami. Apalagi ibu sudah melalui fase kehamilan dan persalinan dengan penuh perjuangan.

          Sebaiknya ibu melakukan bonding segera setelah bayi lahir. Caranya dengan melakukan kontak dini antara bayi baru lahir dan ibu, yang disebut inisiasi menyusu dini (IMD). Bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan kulit bayi menempel pada kulit ibu (skin to skin contact) dan diselimuti. Ibu dapat memeluk, membelai punggung bayi, bahkan mengajaknya bicara. Berbagai sikap itu dapat meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi, menambah rasa kasih sayang ibu, dan menstabilkan pernapasan bayi, juga mengasah gerakan refleks bayi dalam mengenali dan mencari puting serta menyusui, yang ujungnya dapat mempererat hubungan ibu dan bayi.

          Selanjutnya, saat menyusui, ibu dapat melakukan berbagai aktivitas seperti membelai, melakukan kontak mata, dan mengajaknya berbicara atau bercanda. Itulah bentuk stimulasi ibu pada si kecil. Ia akan menyerap kosakata sehingga melatih kemampuan berbahasanya, mengasah kecerdasan interpersonalnya, dan lainnya. Agar ibu dapat mengoptimalkan bonding, tingkatkan perasaan rileks, karena perasaan tenang akan menghasilkan lebih banyak ASI, sehingga ibu dapat memberikan nutrisi terbaik ini (ASI) dengan maksimal pada bayi.

          Selain itu, pegang tangan bayi dan biarkan ia membelai atau menyentuh wajah ibu ketika sedang menyusu atau digendong agar ia merasa dekat dan kenal orangtuanya. Perilaku ini juga sama pentingnya saat kita memberikan kesempatan bereksplorasi pada anak. Lewat eksplorasi, anak akan belajar banyak hal seperti mengenal aneka tekstur.

AYAH PERLU TERLIBAT

          Meski pengasuhan bayi lebih banyak ke ibu, bukan berarti peran ayah lantas dikesampingkan. Peran ayah tetap berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena sikap ayah akan memengaruhi sikap ibu. Ayah yang tidak peduli pada bayi akan membuat ibu stres dan sedih. Sebaliknya, jika ayah membantu merawat bayi sejak hari pertama kelahirannya akan membuat ibu merasa lebih nyaman dan aman.

          Penting diketahui, ayah yang membantu merawat bayi akan terjalin ikatan kasih sayang antara ayah dan bayi. Di pihak bayi, ketika kedua orangtua mencintai dan menyayanginya, yang tercermin pada perlakuan mereka terhadap bayi, maka dapat membantu bayi menyesuaikan diri dengan kehidupan pascanatal. Jadi, Pak, terlibatlah dalam perawatan si kecil, seperti membantu memandikan, menggendong, bermain, dan lainnya.