Find Us On Social Media :

Menelisik Peran 'Pengantin' Perempuan di Balik Bom Panci

By Uda Deddy, Senin, 27 Februari 2017 | 17:06 WIB

Polisi memburu pelaku peledakan bom panci dengan mengepung lokasi persembunyian di Jalan Pandawa, Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Senin 27-2-2017

Grid.ID -  Kaum perempuan sudah cukup lama menjadi target para teroris untuk direkrut. Ini terbukti dari pengungkapan rencana bom panci di Bekasi tahun lalu.

Kelompok teroris sering memanfaatkan perempuan untuk menjalankan aksi. Salah satunya kelompok bom Bekasi yang menjadikan perempuan bernama Dian Yulia Novi sebagai "pengantin" atau pelaku bom bunuh diri. Rencananya, Dian meledakan diri di kompleks Istana kepresidenan.

Untungnya menurut  Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, rencana itu tak sempat terealisasi karena Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri lebih dulu menangkap jaringan Dian.

"Kelompok teror gunakan wanita biar tidak dicurigai. Padahal di balik itu ada rencana aksi," ujar Boy.

Baca juga: Bom Panci Meledak di Bandung, Pria yang Diduga Pelaku Bawa Senjata

Kepolisian cukup terkejut dengan peran langsung Dian sebagai "pengantin". Karena biasanya, perempuan berada di balik layar. Misalnya, seperti istri-istri anggota kelompok Mujahiddin Indonesia Timur di Poso.

Boy mengatakan, perempuan cenderung lebih mudah diterima dan berbaur di masyarakat. Selain itu, sosok perempuan lebih tak dicurigai sebagai pelakon aksi teror karena umumnya teroris merupakan laki-laki.

"Itu strategi dalam rangka mengelabui obyek yang jadi sasaran, seolah wanita simbol kedamaian, berikan situasi yang menyejukkan, tapi dimanfaatkan," kata Boy.

Salah satu contohnya yakni bom kalung bunga yang menewaskan mantan Perdana Menteri India Rajiv Gandhi. Seorang perempuan mengalungkan bunga yang berisi rangkaian bom ke leher Rajiv.

Menurut Boy, banyak modus kelompok teroris untuk merekrut perempuan menjadi bagian dari mereka.

Pendekatannya bisa dengan kegiatan pergaulan normal sehari-hati, sering berkomunikasi, lalu pelan-pelan memasukkan rencana amaliyah dengan mengenalkan dalil agama yang keliru.

"Bisa melalui perantara wanita, kemudian bisa jadi dengan modus pernikahan yang ternyata ada niat lain di baliknya," kata Boy.

Oleh karena itu, Polri meminta peran serta masyarakat dalam proses pencegahan. Mulai dari lingkungan keluarga, tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk membentengi perempuan dari pengaruh radikal yang kuat untuk perekrutan.

"Seperti yang dialami Dian, dia sangat terpengaruh dengan ajakan sehingga pola pikirnya berubah. Ini membahayakan dirinya sendiri dan orang lain," kata Boy.

Polri mengungkap keberadaan kelompok terorisme yang hendak mengebom Istana Kepresidenan. Bom yang sudah dirakit ditemukan di Bekasi.

Seusai penemuan bom tersebut, Densus 88 Antiteror Polri menangkap 12 tersangka di tempat berbeda.