"Sekarang umurmu sudah 27 tahun," lanjutnya, "Sekalipun engkau bukan anakku sendiri, aku sudah mengasuhmu sejak ayahmu mempercayakan engkau pada kami. Aku pikir, sebaiknya segera mencarikan istri untukmu."
O.G. Roeder dalam Soeharto--Dari Pradjurit Sampai Presiden, buku biografi pertama presiden kedua RI, mengisahkan, bahwa Soeharto sempat ngeles menyikapi tawaran bibinya.
Dia beralasan masih ingin berkonsentrasi di dunia militer.
Tapi setelah dibujuk terus menerus, akhirnya Soeharto luruh juga.
Dia pun berkata, siapa kiranya yang akan dijodohkan dengan dirinya.
Bu Prawiro tersenyum. Dia berkata pelan bahwa Soeharto sebenarnya sudah kenal dengan gadis tersebut.
“Masih ingatkah kamu dengan Sri Hartinah,” kata Bu Prawiro seperti dikisahkan di buku Falsafah Cinta Sejati Ibu Tien dan Pak Harto.
Soeharto mana mungkin lupa. Adik kelas manis yang suka mengolok-olok sepupunya sebagai adik ipar.
Mendadak nyali Soeharto menciut. Hartinah adalah keluarga ningrat.
Putri RM Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmati Hatmohoedojo, wedana dari Kraton Mangkunegaran, Surakarta. Mana mungkin pria dari kelas bawah macam dirinya, bisa bersanding dengan putri ningrat. Begitu pikir Soeharto.
"Tapi bu, apakah orangtuanya akan setuju? Saya orang kampung biasa. Dia orang ningrat…"
Bu Prawiro meyakinkan bahwa dirinya cukup dekat dengan keluarga Soemoharjomo.