"Sampai selesai salatin jam 18.00 WIB lewat, langsung ke ambulans biar nggak kemaleman. Sesudah di ambulans pas perjalanan di Kuningan macet, sampai di Kuningan hujan besar itu jam 18.30 WIB."
"Sampai selesai jam 19.00 WIB kurang. Ada warga yang ikut, ada yang nggak ikut, karena ada yang punya keperluan, jadi saya klarifikasi warga pada ikut, tokoh-tokoh juga ikut, termasuk Ustaz Piih (Syafi'i, red) dan pengurus musala," sambungnya lagi.
Ketua RT 9 RW 5, Abdurrahman (40), mengamini semua cerita Syamsul Bahri.
Dia mengatakan warga ikut membantu mengurus jenazah Hindun.
Dia juga menyatakan ikut membantu mengurus surat-menyurat kematian Hindun.
Soal salat jenazah, Abdurrahman mengatakan bisa di mushola, bisa juga di rumah.
Soal salat jenazah di rumah merupakan hal biasa, menyesuaikan dengan kondisi.
"Semua, RW sini, kalau ada kejadian meninggal di rumah, kalau salat bisa di rumah bisa di mushola. Almarhumah Bu Hindun di rumah karena waktunya mepet kali ya," tutur Abdurrahman.
Soal spanduk penolakan mensalatkan jenazah yang sempat dipasang di Musala Al-Mu'minun, Abdurrahman tak mau bicara banyak.
Dia mengatakan itu merupakan inisiatif warga. Namun dia mengaku tak tahu siapa yang memasang.