Grid.ID - Dibongkarnya jaringan pelaku pedofilia di Facebook membuat kekhawatiran publik semakin besar.
Kita seolah dibuat terhenyak, ternyata penyakit sosial di sekitar kita begitu akut dan berbahaya.
Lalu, apa itu pedofilia? Bagaimana ciri-cirinya?
Apakah kita termasuk orang yang punya ciri-ciri itu?
Pelaku pedofilia tak pernah pilih-pilih orang.
Ia bisa seorang guru olahraga yang bijak, dokter yang pintar menulis resep, pria kantoran yang harum tubuhnya, pengasuh anak-anak yang tampak manis, bisa juga anggota keluarga sendiri.
Semua orang berpotensi menjadi pedofil.
Seperti dilansir dari Hello Sehat, pelaku kekerasan seksual terhadap anak-anak merupakan perilaku yang adaptif.
Artinya, kemungkinan besar para pelaku itu pernah mengalami kekerasan seksual yang sama ketika kecil.
Meski demikian, ada beberapa orang yang memiliki diagnosis pedofilia murni.
Masih dari sumber yang sama, pedofilia merupakan diangnosis klinis gangguan mental.
Seorang pelaku pedofilia punya perbedaan dalam otak mereka dibandingkan orang dewasa lainnya.
(BACA JUGA: Nikita Mirzani: Gue Engga Suka Pedofil, Potong Kemaluannya Sampai Habis)
Perempuan pedofil biasanya berusia antara 22-23 tahun, keterampilannya tak menonjol, dan gampang depresi.
Memang, sebagian besar adalah laki-laki, tapi menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Abuse Watch, tak menutup kemungkinan perempuan juga punya kecenderungan pedofilia.
Angkanya antara 0,4 hingga 4 persen.
Sehingga, ini membuat mereka secara seksual tertarik terhadap anak-anak.
Ciri-ciri pedofilia
1. Orang dewasa ketika secara seksual tertarik terhadap lawan jenisnya, biasanya ia akan merendahkan nada suaranya, menyiagakan sikap, untuk menarik perhatian.
2. Bagi seorang pedofil, cara serupa akan ia tunjukkan ketika secara seksual ia tertarik kepada anak-anak.
3. Diagnostics and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) menjelaskan, pedofilia sebagai fantasi seksual, hasrat impulsif, atau perilaku yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak di bawah umur yang berulang setidaknya selama enam bulan.
4. Pada kebanyakan kasus, seorang bisa dikatakan sebagai pedofil jika ia berusia minimal 16 tahun dan setidaknya lima tahun lebih tua daripada anak di bawah umur yang menjadi korban.
5. Mereka yang menderita pedofilia memiliki kecenderungan kompulsif untuk menyiksa anak-anak.
6. Seorang pedofil biasanya suka mengasingkan diri, tapi agresif.
(BACA JUGA: Homoseks Beda dengan Pedofilia, Tapi Bisa Menjadi Awal Kejahatan Seksual)
7. Pada dasarnya, pelaku pedofilia juga mampu tampil seperti masyarakat pada umumnya.
Tapi pada umumnya, mereka kerap merasa rendah diri, terisolasi, mengalamai disforia internal, juga ketidakmatangan emosi.
8. Seorang pedofil juga punya kesulitan berinteraksi dengan orang dewasa lainnya yang seusia dengannya.
Hal ini menyebabkan ia sulit untuk menangani hal-hal yang menyakitkan. Meski demikian, tak menutup kemungkinan mereka juga menikah.
9. Mereka juga punya kecenderungan punya gangguan kepribadian seperti antisosial, borderline, narsistik, dan ketergantungan.
10. Bertangan kidal dan punya cacat minor. Menurut sebuah studi yang dilakukan peneliti dari University of Windsor di Kanada, beberapa pedofil cenderung punya tangan kidal.
Angkanya 30 hingga 35 persen dan cacat kecil di wajah.
Fenomena ini biasa disebut dengan Minor Physical Anomalies (MPAs).
11. Penelitian itu juga menunjukkan, beberapa aspek tertentu dari perkembangan saraf dapat mempengaruhi risiko seseorang terhadap kecenderungan pedofilia.
12. Tak hanya itu, bebera penelitian tentang pedofilia sebelumnya menemukan, penderita pedofilia cenderung memiliki IQ 10-15 poin lebih rendah dibanding rata-rata.
Mereka juga umumnya lebih pendek 2,3 cm dibanding rerata orang pada umumnya.
Jaringan pedofilia terbesar di Norwegia
Cacat wajah cenderung berkembang karena lapisan jaringan embrio utama yang membentuk sistem saraf utama selama trimester pertama dan kedua kehamilan.
Cacat wajah ini, yang lebih umum di kalangan pria, biasanya disebabkan oleh paparan pralahir terhadap virus, alkohol atau obat-obatan, komplikasi kehamilan, atau kekurangan gizi.
Dari catatan-catatan di atas, kembali ke pertanyaan awal, apakah kita seorang pedofil?