Grid.ID - Layaknya seorang ibu, pasti mendoakan yang baik-baik untuk anak kesayangannya.
Doa untuk keselamatan, sukses, dan kesehatan, selalu terucap dalam setiap doanya.
Tapi yang dilakukan Satuni (79 tahun) ini sungguh menggugah hati dan bikin hati tersayat.
Tidak ada niatan buruk atau jahat sedikit pun dari ucapannya. Tidak juga ada yang menyalahkan ucapannya.
BACA JUGA (Kontroversi Jenazah Nenek Hindun, Ini Dua Versi Berbeda yang Bertentangan
Satuni mendoakan agar kedua anaknya meninggal dunia.
"Mugo-mugo anakku sing mati dhisik, nek aku ndisiki sing arep ngopeni anakku sing gendheng lan lumpuh njur sopo?,"
(Mudah-mudahan anakku meninggal lebih dulu, kalau aku duluan, siapa yang akan merawat anakku yang sakit jiwa dan lumpuh).
Trenyuh (terharu) mendengar curahan hati lansia ini.
Kalimat itu terucap dari bibirnya yang sudah keriput, lantaran beban yang ditanggungnya begitu berat.
Di usianya yang sudah 79 tahun, seharusnya ia sudah menikmati masa tuanya.
Namun nasib berkata lain.
Sudah puluhan tahun lalu suaminya meninggalkan keluarganya untuk selamanya.
Tanpa warisan sedikit pun, ia membesarkan sendiri anak-anaknya sejak kecil hingga sekarang.
Dua anaknya yang bernama Sunardi (55 tahun) mengalami gangguan jiwa, dan Kasbun (37 tahun) lumpuh dan buta.
Keduanya membutuhkan penanganan esktra.
Padahal, suaminya tidak meninggalkan sedikit pun warisan.
Suaminya meninggal ketika anak-anak masih kecil.
BACA JUGA (Nenek Tua Ini Jalannya Sudah Susah, Namun Tiap Hari Tetap Kerja Keras Untuk Survive)
Janda tua ini pun harus mencari nafkah sendiri, menjadi tukang pijat.
Di usianya yang sekarang ini, ia sudah tidak sanggup lagi menjalankan profesinya.
Untuk menyambung hidupnya, ia hanya mengandalkan dari pemberian orang.
Rumah yang mereka tempati pun tidak layak huni.
Gubuknya yang terbuat dari kayu dan bambu yang sudah lapuk dimakan rayap itu, tak kuasa menahan air hujan ketika hujan tiba.
Bersama kedua anaknya, janda tua ini tinggal di gubuk reyot berlantai tanah, tepatnya di desa Mlekang, RT 06 RW 01, Kecamatan,Gajah, Kabupaten Demak, Jateng.
Kondisi keluarga miskin ini telah mennjadi perhatian pemerintah.
Petugas Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Gajah, Demak, bersama petugas Program Keluarga Harapan (PKH) telah mengusulkan agar Satuni PKH lansia.
Mulai tahun 2017 ini Mbah Satuni telah masuk PKH, dan kabarnya ia sudah menerima santunan.
Untuk memperbaiki rumahnya, telah diusulkan untuk perbaikannya, melalui program Kemensos yang tengah menangani Program Desa Sejahtera Mandiri (DSM) bersama Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.
Sementara itu, untuk anaknya, Sunardi, rencananya akan dibawa ke Rumah Sakit Jiwa. (*)