Grid.ID Twitter terus meningkatkan sistem keamanan jejaring sosialnya dan melindungi penggunanya dari konten berisi ujaran kebencian, kekerasan, penipuan politik, dan terorisme.
Caranya, Twitter menggunakan software khusus untuk mencari konten-konten berbahaya daripada menunggu laporan dari pengguna atau pemerintah.
Dalam laporan tahunan Transparency Report, Twitter mengaku sudah memblokir 377.000 akun selama paruh kedua tahun 2016, atau sekitar 63 ribu akun per bulan.
Akun-akun tersebut dianggap mengandung dan mempromosikan kekerasan atau teror. Jumlah pemblokiran ini naik dari rata-rata tahun sebelumnya yaitu 24 ribu akun per bulan.
Twitter mengungkapkan bahwa 74 persen dari akun yang diblokir adalah hasil analisis software dan hanya kurang dari dua persen yang merupakan hasil dari permintaan pemerintah.
BACA JUGA Dukung Yayasan AIDS, IPhone Rilis Edisi Spesial Warna Merah
Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, ketika hanya kurang dari sepertiga akun yang diblokir berasal dari rekomendasi software.
Pemerintah Amerika Serikat dan negara-negara Eropa juga diketahui kerap menekan perusahaan jejaring sosial media.
Ambil contoh Twitter, Facebook, dan Google untuk menangkis situs-situs online berbau radikal dan mengandung kekerasan.
Twitter pun mengungkapkan peningkatan jumlah permintaan dari pemerintah untuk memblokir berita-berita media dan LSM.
BACA JUGA Terungkap, Harga Jual Samsung Galaxy S8 di Indonesia, Buruan Order!
Twitter menyebut bahwa Turki adalah negara yang paling sering meminta pemblokiran terhadap berita-berita yang menyerang pemerintah, seperti dikutip Venture Beat.