Gemanya langsung pudar, tidak seperti Revolusi Dangdut Pertama.
Jika tahun 1970an gerakan revolusi Rhoma Irama begitu menguat dan dangdut langsung menjadi musik rakyat yang masih, kekuatan Ridho tak bisa menyamai.
Bahkan, popularitas Ridho semakin menurun, apalagi Sonet2 pun bubar.
Revolusi Dangdut Kedua pun tak mampu melahirkan genre musik baru, persepsi baru, minat baru, gaya baru, semangat baru, dan nuansa baru, serta atmosfir baru.
Ada perbedaan kuat antara Rhoma dan Ridho.
Rhoma mampu menciptakan banyak lagu, karakternya kuat, laris di film.
Sedangkan Ridho lemah dalam penciptaan. Sehingga, dia pun tak lepas dari bayang-bayang kehebatan ayahnya.
Sehingga, sang pangeran pengawal revolusi kedua itu malah semakin menghilang dari peredaran.
Ternyata, dia juga semakin terpuruk dalam narkoba.
Setidaknya, ketika ditangkap Polres Metro Jakarta Barat, Sabtu (25/3/2017), ada banyak bukti dia mengonsumsi sabu.
Menurut Kasat Narkoba Polres Jakbar, AKBP Suhermanto, sebelum ditangkap di Hotel Ibis dengan bukti 0,7 gram sabu, Ridho ternyata sudah memakai sabu di sebuah apartemen di Thamrin.
Bahkan, kala ditangkap dia masih dalam pengaruh sabu.
"Betul, saat ditangkap dia masih dalam pengaruh narkoba," jelas Suhermanto.
Mungkin karena narkoba itu pula yang membuat dia makin tenggelam dalam karier.
Sang Pangeran Dangdut yang diharapkan mampu menggelorakan Revolusi Dangdut Kedua itu pun justru terpuruk.