Grid.ID - Kasus narkoba yang melibatkan Rhidho Rhoma terus berkembang.
Selain ditemukan barang bukti berupa sabu seberat 0,7 gram, juga ada pil dumolid.
Pil ini memang dijual resmi, tapi harusnya tetap memakai resep dokter.
(BACA JUGA: Ridho Rhoma Ditangkap - Inilah Pengakuan Ridho Rhoma Menggunakan Sabu)
Sebab, keunaan pil ini memiliki risiko yang cukup serius jika digunakan tanpa pantauan dokter.
Dumolid sebenarnya merek obat berjenis nitrazolam.
Nah, nitrazolam ini adalah obat yang masuk ke dalam golongan benzodiazepine.
Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi gangguan tidur, insomnia, kepanikan, atau ansietas berat.
(BACA JUGA: Ridho Rhoma Tertangkap Narkoba, Terancam 4 Tahun Penjara)
Meski resmi, pil ini tidak dijual bebas, tapi harus memakai resep dokter.
Sebab, obat ini jika digunakan tanpa aturan dokter bisa menyebabkan kecanduan tinggi.
Biasanya, para pemakai sabu memang memiliki obat ini.
Sebab, efek sabu menjadi sulit tidur dan selalu segar.
Mungkin karena itu, para pengguna sabu memanfaatkan Dumolid untuk melawan efek sabu agar bisa tidur dan beristirahat.
Namun, mereka tak memperhitungkan akibat dari efek sampingnya.
Efek samping
Ternyata, efek samping obat ini sangat mengerikan.
Apalagi jika digunakan dengan cara berlebihan atau diselewengkan.
(BACA JUGA: 5 Fakta Tertangkapnya Ridho Rhoma, Anak Rhoma Irama)
Efek-efek itu antara lain:
1. Depresi
2. Rasa kantuk yang sangat kuat
3. Gangguan koordinasi dan berbicara
4. Gangguan konsentrasi dan memori
5. Gangguan emosi
6. Bingung atau disorientasi 7. Penurunan pada tekanan darah
8. Penurunan pada frekuensi napas
Orang yang tak terkontrol menggunakan obat ini bisa menjadi "tulalit", alias linglung.
Terkadang seperti orang yang mabuk, atau seperti kehilangan kesadaran.
Dan, ternyata kalau sudah kecanduan obat ini menjadi sangat bahaya.
Pecandu tak bisa berhenti seketika mengonsumsi pil Dumolid.
Mereka harus tetap mengonsumsi pil ini, tapi dikurangi porsinya sedikit demi sedikit sebelum berhenti total.
Orang yang sudah telanjur tulalit oleh sabu dan Dumolid, biasanya juga sulit untuk berpikir keras.
Sehingga, penderita sering kali kehilangan daya produktivitas maupun kreativitasnya.