Find Us On Social Media :

Salut! Ibu Guru Lusia Harus Rela Bergelantungan, Menuju Tempat Mengajar

By Octa, Selasa, 28 Maret 2017 | 23:57 WIB

Ibu guru Lusia, guru SD Negeri Nomor 27 Sungai Manyan, Kecamatan Dedai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat

Grid.ID -  Belum meratanya pembangunan infrastruktur di daerah pedalaman, seperti jalan, jembatan, dan prasarana lainnya, menorehkan cerita-cerita inspiratif.

Banyak kisah-kisah perjuangan yang mereka lalui, demi menjalankan tugas mulia.

Seperti cerita dua guru yang harus menempuh perjalanan sulit demi bisa membagikan ilmu pada murid-muridnya.

Di kawasan Dazu, Chongqing, China, seorang guru selama 10 tahun terakhir rela mendayung perahu untuk membawa murid-muridnya ke sekolah.

Di Indonesia juga punya cerita tentang kisah seorang guru wanita yang harus melewati jembatan gantung, demi mengajar.

BACA JUGA (Perhatikan! Penyakit ISPA Mengintai Pengguna Mobil yang Pakai Pewangi Ruangan Seperti Ini)

Dialah Lusia, guru SD Negeri Nomor 27 Sungai Manyan, Kecamatan Dedai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Untuk mencapai sekolah tempatnya mengajar, ia harus berjuang melawan derasnya air sungai.

Jembatan yang ada, sudah 20-an  tahun dibangun.

Meski bisa dilewati, ketika banjir  harus melewati jembatan gantung itu.

Jembatan yang ada terendam air sungai.

Sebagaimana dikutip Grid.ID dari kompas.com yang dilansir Grid.ID, perjuangan itu diunggah ke medis sosial facebook oleh Askiman Sintang (Wakil Bupati Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat).

Unggahannya foto ia beri komentar seperti ini:

"Perjuangan seorang guru di pedalaman terpencil perhuluan kayan demi mencerdaskan kehidupan bangsa," tulis Askiman beberapa waktu lalu.

Dalam foto itu, terlihat sosok Lusia tengah meniti jembatan yang terbuat dari sebatang bambu dengan beberapa tiang sebagai pegangan.

Karena akan mengajar, maka Lusia pun mengenakan setelan baju batik dan rok hitam.

Menurut penuturan  Askiman kepada Kompas.com, Lusia mulai mengajar sejak tahun 2002. Sampai tahun 2006 statusnya sebagai guru kontrak.

Dan pada tahun 2007, statusnya berubah menjadi  Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).

Dua tahun kemudian (2009), barulah ia diangkat menjadi PNS.

Di SD itu, Lusia mengabdikan diri bersama dengan 5 pengajar lainnya, termasuk kepala sekolah.

Kondisi itu sudah menjadi catatan Askiman, yang berjani akan segera memperbaiki sarana dan prasarana yang selama ini terabaikan.(*)