Gow memang sangat mencintai ular. Sebab itu, dia berusaha mengenal semua ular, termasuk yang berbisa.
Dia bahkan mencurahkan hidupnya untuk mempromosikan keberadaan satwa melata itu agar dilindungi.
Dia terus berusaha menemukan jenis-jenis langka atau baru untuk diselamatkan agar tak punah.
"Banyak orang menganggap ular berbahaya dan menjijikkan," tuturnya.
"Tapi, bagi saya, gerakan ular itu bagaikan lantunan puisi, sangat luwes dan karismatis. Sepanjang malam pun saya bisa menghabiskan waktu untuk memandangi binatang itu," tambahnya.
(BACA JUGA: Kini di Sulawesi Ular Piton dan Manusia Saling Santap, Akbar Korban Termutakhir)
Di setiap ruangan rumahnya di Humpty Doo, dekat Darwin, Australia, banyak ular peliharaannya.
Ini bagian dari Graeme Gow's Reptile World and Research Centre di kebunnya yang terbuka untuk umum.
Tujuh belas dari 20 ular paling berbisa di dunia ada di Australia dan termasuk dalam koleksinya.
Dia juga melakukan penangkaran lebih dari 350 spesies, termasuk ular yang paling mematikan di dunia: inland atau western taipan.
Untuk menanganinya, Gow mengakui harus ekstra hati-hati, termasuk saat dia berpose untuk difoto.
"Bila dia sampai menggigit pembuluh vena atau arteri utama, kita tidak akan bisa bertahan hidup lebih dari lima mehit," bisiknya, sambil membelai ular sepanjang 2 meter yang melilit pergelangan tangan dan lengannya.