Find Us On Social Media :

Pasca Piton Menelan Akbar, Tangisan Belasan Wanita Meraung-raung di Rumahnya

By Hery Prasetyo, Sabtu, 1 April 2017 | 14:34 WIB

Munaria (Muna) memangku dua anaknya Nur Aqifah Naila Akbar (3 bulan) dan Putri Asawiyah Azisah Akbar (5), di kediaman duka, Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah, Sulbar, Jumat (31/3/2017). Foto suaminya, Akbar (kanan)

Grid.ID - Air mata Munaria “Muna” (23), tak terbendung saat tiba di Kampung Pangerang, Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Jumat (31/3/2017) siang.

Muna menggendong putri bungsunya, Nur Aqifah Naila Akbar (3 bulan), dan menggandeng tangan putri sulungya, Putri Asawiyah Azisah Akbar (5 tahun).

(BACA JUGA: Ular Piton yang Menelan Akbar Hanya Salah Satu dari 1000 Piton yang Ditangkap)

Muna dan anaknya hanya bisa melihat bekas dan kain sarung pembaringan jenazah Akbar.

Dikelilingin kerabat, hampir 15 menit dia duduk tafakur di lantai itu.

Muna hanya terdiam, sesakali memeluk erat dua anaknya.

Ayah almarhum Akbar, Muh Ramli (50) memeluk cucu-cucunya sambil terisak.

Saat masuk ke ruang tengah rumah mendiang suaminya, Akbar ‘Salubiru’ bin Ramli (25), tangis belasan wanita langsung pecah.

Seperti dikomando, tangis itu serentak dan meraung.

(BACA JUGA: Arwah Akbar Sempat Gentayangan Saat Tubuhnya di Perut Ular Piton)

Mereka yang menangis adalah saudara, kerabat dekat, tetangga almarhum Akbar.

Tangis seperti itu terakhir terdengar, Selasa (28/3/2017), sesaat setelah mayat Akbar dikeluarkan dari perut ular sanca (Phyton reticulatus).

Setidaknya ada 60-an warga yang menyaksikan proses bedah ular seberat 158 kg itu.

Reptil melata sepanjang 7,1 meter ini membelit dan menelan Akbar di kebun sawit, sekitar 400 meter dari rumahnya di Salubiru.

Kejadiannya, diperkirakan antara Minggu (26/3), Senin (27/3) atau Selasa (28/3) pagi.

Selama tiga hari itulah Akbar hilang, dan baru ditemukan warga Selasa malam. Akbar dimakamkan Rabu (29/3), keesokan harinya.

Muna, wanita yang dinikahi Akbar tahun 2011 lalu itu, mengetahui kabar duka itu, setelah suaminya, sudah 8 jam di liang lahat di pekuburan Kampung Salubiru, Karossa.

(BACA JUGA: Menjanda dan Yatim Piatu, Ini Kesedihan Mendalam Istri dan Anak Akbar Petani Kelapa Sawit yang Tewas Dimakan Ular Piton)

Saat suaminya dimangsa ular, dia dan anaknya tengah berada di Kampung Kaladi, Desa Sulubara Kecamatan Suli Barat, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Sulubara adalah kampung halaman Muna. Sedangkan Salubiru, adalah kampung halaman mendiang suaminya.

Kabar duka kematian suaminya, justru dia ketahui melalui tentenya yang menetap di Samarinda, Kalimantan Timur.

Muna mengetahui suami meninggal atas penyampaian adik kandungnya, Rusdi, yang kuliah di Kota Palopo.

“Rusdi dapat ditelepon dari Tante yang di Samarinda, waktu malam Rabu, jadi dia yang masuk (ke Salubara) kasi tahu ka," kata Muna kepada Tribunsulbar.com.

Di Kaladi, Salubara, ibu kandung Muna, mengaku sempat melihat berita pria yang telen ular melalui siaran TV.

Tapi, karena berita itu tak dilihat utuh dan tidak menayangkan muka anak menantunya, makanya sang ibu abai.

“Mamaku kira itu orang lain di Mamuju,” kata Muna.

(BACA JUGA: Munaria Istri Akbar Pria Yang Tewas Dimangsa Piton Akhirnya Datang Ke Mamuju, Yang Didapatinya Bikin Terenyuh) Salubara berjarak sekitar 73 km dari Kota Palopo. Di Salubara tak ada jaringan telepon selular.

Untuk sampai ke Karossa, Mamuju, Muna harus menempuh perjalanan sekitar 638 km.

Jarak itu ditempuh selama kurang lebih 32 jam, dengan angkutan umum bus.

Dari Kaladi, Salubara, Muna lebih dulu ke Palopo, sekitar 72 km ke selatan. Itu butuh waktu sekitar 4 hingga 5 jam.

Lalu dari Palopo, dia naik bus ke Parepare, 288 km. Dari Parepare melanjutkan perjalanan sejauh 358 km ke utara, menuju Mamuju, dan melanjutkan naik bus sekitar 3 jam sejauh 71 km ke Karossa.

Munariah melintasi 2 provinsi, 3 kota, dan 7 kabupaten hanya untuk menyaksikan ‘lantai’ persemayakan terakhir ayah dari dua putrinya.

(BACA JUGA: Sedih! Akbar Tewas Dimangsa Ular Piton, Meninggalkan 2 Rencana Ini Selamanya)

Kepada wartawan tribunsulbar.com, Nurhadi Para’, Muna bercerita, dia tak pernah menyangka hidup suaminya berakhir di perut ular sanca.

Muna bercerita, hari Minggu (26/3) malam, dia bermimpi suaminya ada di Palopo. Dalam mimpinya, Akbar hendak pulang ke Salubiro, kampung halamannya di Mamuju.

“Saya bilang, jangan meki pulang dulu,” Tapi Akbar ngotot, kembali. “Saya bilangi, Kalau mau pulang bawa “padeng’ anakmu juga.” Akhirnya, Akbar berangkat membawa anak pertamanya, Putri.

“Saya anggap itu biasa ji, firasat saya Akbar cuma sakit.” ujar Muna.

Awal Januari lalu, kepada istrinya, Akbar sempat mengemukakan niatnya, untuk bertemu bayi sekaligus rencana menunaikanibadah puasa Ramadan 1438 H bersama anak-anaknya di Kaladi, Luwu.

Akbar yang hanya petani sawit di kebun INTI Rakyat itu mengumpulkan rupiah sedikit demi sedikit.

Namun, perjuangan sang ayah gagal telak Minggu itu.Ketika tengah memanen di kebun sawitnya, Dusun Pangerang, ular piton raksasa datang memangsa.

(BACA JUGA: Warga Cemaskan Aksi Balas Dendam Kawanan Ular Piton Pembunuh Akbar, Masih Banyak yang Berkeliaran)

Akbar ditelan bulat-bulat piton raksasa 7,1 meter. Jasad Akbar ditemukan utuh di perut ular piton, Senin (27/3/2017) malam.

"Ada ini uangnya kodong (kasihan) dia simpan,” kata ayah kandung almarhum, Muh Ramli (50).

"Dia simpan ini uangnya untuk ongkos dia pakai ke sana lihat anaknya, karena sekalian mau juga rencana puasa di sana,” tutur Ramli menambahkan. (*)