Saat itu, pertanian padi dilakukan sekali dalam setahun.
Tapi hasilnya cukup bagus. Saya masih ingat, di belakang rumah kakek terdapat lumbung padi yang besar.
Ukurannya sekitar 3 x 3 meter. Lumbung itu tak pernah kosong.
Di sela-sela bertani, kakek berdagang. Pekerjaan itu, katanya dilakukan sekitar dua kali dalam setahun.
Tepatnya setelah penyemprotan padi dan usai pemanenan.
Rentang waktu dua aktivitas pertanian tersebut cukup panjang. Sekitar 3-4 bulan.
Cukup waktu untuk berdagang ke daerah lain di Aceh.
Dari Blangpidie, beliau membawa garam dan ikan asin. Tujuannya Gayo Lues dan Takengon, Aceh Tengah.
Garam dan ikan asin mudah dijual di dua daerah tersebut.
Alasannya karena tak punya potensi laut. Saat pulang, kakek membawa tembakau dan kopi.
Kopi dan Tembakau Gayo jauh lebih baik dari yang ada di Aceh Selatan. Itu pula yang dijual kembali di kampung.
Perjalanan Blangpidie-Gayo-Takengon serta sebaliknya Takengon-Gayo-Blang Pidie ditempuh berminggu-minggu.