Grid.ID - Samsung baru saja meluncurkan smartphone papan atas terbarunya, Samsung Galaxy S8 dan S8+.
Meski begitu, masalah baterai terbakar dan meledak membuat Samsung harus berpikir panjang sebelum meluncurkannya.
(BACA JUGA: 6 Fitur Samsung Galaxy S8 dan S8+ Ini Bikin iPhone 7 Ketinggalan Zaman)
Bukan apa-apa, masalah ledakan dan terbakarnya baterai Galaxy Note 7 beberapa waktu silam membuat Samsung rugi besar.
Saat mengembangkan baterai untuk Galaxy S8 dan S8+, raksasa elektronik Korea Selatan ini menerapkan serangkaian pengujian keamanan yang lebih ketat.
Pengujian baterai tersebut dilakukan di sebuah ruangan gedung manufaktur Samsung yang terletak di kota Gumi, Korea Selatan.
Total ada 8 poin pengujian baru yang diterapkan Samsung pada calon baterai Galaxy S8 dan S8+.
Samsung menerapkannya dalam serangkaian proses yang berlangsung selama lima hari.
(BACA JUGA: Mantap Banget, Ini Spek Resmi Samsung Galaxy S8 dan S8+ dengan Harga Mulai Rp 10,5 juta)
Dilansir KompasTekno dari Digital Trends, Senin (3/4/2017), pengujiannya antara lain meliputi uji ketahanan, pengisian dan pengosongan daya berulang kali, sinar x, pemindaian kandungan total volatile organic compound (TVOC), pemindaian voltase, tinjauan visual, hingga simulasi pemakaian dunia nyata.
Salah satu hal yang menarik adalah skema uji ketahanan baterai.
Caranya, Samsung memanfaatkan sebuah bilik logam untuk mengaplikasikan tekanan pada baterai.
Tujuan pengujian tersebut untuk mengetahui bahwa baterai bekerja sesuai rancangan, yakni bisa menahan tekanan hingga 13 kilonewton.
Sebagai gambaran, 1 kilonewton setara dengan beban sekitar 102 kilogram.
Artinya tekanan yang diberikan pada masing-masing baterai itu mencapai sekitar 1.326 kilogram.
(BACA JUGA: Penting! Waterproof dan Water Resistant Itu Beda! Smartphone Kebanyakan Water Resistant, Ini Penjelasannya)
Sedangkan tekanan yang lebih besar, misalnya 20 kilonewton atau setara 2.040 kilogram, akan membuat baterai mulai rusak, berasap, dan memercikkan api.
Hal menarik lainnya adalah skema pengujian yang baru pertama kalinya diterapkan dalam proses pengembangan ini.
Pengujian yang dimaksud adalah simulasi pemakaian dunia nyata.
Para peneliti di Samsung menyimpulkan bahwa rata-rata konsumen memakai smartphone untuk menjelajah internet selama 31 menit per hari, berkirim pesan instan 12 menit, dan menelepon selama 29 menit.
Pengujian berupa simulasi pemakaian pun dilakukan untuk membuktikan bahwa baterai sekaligus Galaxy S8 dan S8+ sudah memadai untuk kegiatan tersebut.
Rangkaian pengujian ini antara lain berupa pengisian dan pengosongan daya dalam baterai smartphone berulang kali selama seharian, meminta seorang penguji menjalankan 44 fungsi dasar smartphone, memakai software untuk menjalankan berbagai konten multimedia.
(BACA JUGA: Mau Charge Smartphone Biar Cepat Penuh? Coba 4 Tips Ini, yang Terakhir Kebiasaan Salah)
Berikutnya, smartphone juga direndam dalam air selama 24 jam.
Selama perendaman ini, teknisi yang menguji juga mencoba memakai smartphone untuk menjelajah internet, mengirim e-mail atau pesan teks dan melakukan panggilan.
Belajar dari kesalahan lampau, Samsung juga menerapkan pengujian temperatur pada baterai Galaxy S8 dan S8+.
Pengujian ini dilakukan dengan cara memanaskan baterai hingga 70 derajat celcius selama 7 jam.
Baterai kemudian diuji dengan cara menjatuhkannya ke permukaan baja sebanyak 24 kali dari berbagai sudut di ketinggian 1,5 meter.
Semua pengujian tersebut dilakukan dengan tujuan agar tragedi meledaknya Galaxy Note 7 tak terulang di Galaxy S8 dan S8 Plus.
(BACA JUGA: Rumah Bill Gates Seharga Rp 839,7 Miliar, Inilah 16 Fakta yang Tak Terbayangkan)
“Galaxy S8 telah direncanakan sejak beberapa tahun lalu dan telah melalui pengujian keamanan terketat kami, yakni pengujian yang terdiri dari 8 poin itu,” ujar Vice President of Mobile R&D Samsung, Bookeun Oh.
Mestinya sih, cara pengujian tersebut nggak bakal bikin S8 dan S8+ bernasib sama dengan Note 7. (*)