Grid.ID - Jengkol. Makanan yang kadang dibenci, tapi begitu dirindukan oleh sebagian orang. Benci karena dianggap sumber bau mulut dan urin. Namun, dirindukan karena cita rasanya yang "merakyat" dan tak tergantikan.
Matahari siang itu mulai bergeser dari titik kulminasinya. Beberapa orang tampak duduk di sebuah warung makan dengan dinding yang didominasi warna hijau.
Dinding warung makan itu bertuliskan "Nikmatnya Makan Jengkol Tanpa Takut Bau", "Republik Jengkol: Tetap Nikmat Tanpa Bau", "Jengkoler", dan "Keep Calm Our Jengkol Doesn't Smell".
Dikutip Grid.ID dari Kompas.com, inilah warung makan Republik Jengkol cabang pertama yang didirikan oleh Fatoni (47) setelah lima tahun memulai usahanya. Gerai pertama Republik Jengkol berada di Jalan Kerja Bakti No 16B, tepat di depan Masjid Jami Attarbiyah, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Baca Juga: Biar Semangat, Ibunda Bawakan Jupe Jengkol dan Sayur Asem)
"Kenapa buka cabang? Cabang ini proyek bareng sama teman. Ya itu karena ada temen yang antusias untuk ngerjain bareng, kenapa enggak. Orang kita juga saudaraan," kata Fatoni, yang pada kartu namanya memproklamirkan diri sebagai Presiden Republik Jengkol.
Warung makan terbaru sekaligus cabang pertama Fatoni terletak di Jalan Raya Bogor KM 24 No 27, Jakarta Timur. Fatoni menyebut Republik Jengkol di Jalan Raya Bogor memiliki menu dan harga yang sama dengan warung pertamanya.
Daging jengkol terasa legit dan pulen. Kuah tongseng terasa gurih dan pedas dengan tambahan irisan sayur kol, tomat hijau, tomat merah, irisan daging kambing, dan cabai merah.
Adapun menu lengkap di Republik Jengkol adalah Nasi Goreng Jengkol, Soto Jengkol Betawi, Semur Jengkol, Jengkol Lada Hitam, Tongseng Jengkol, Pasta Jengkol, Balado Jengkol, Rendang Jengkol, Mie Goreng Jengkol, dan Jengkol Sambal Hijau.
Jengkol yang digunakan di Republik Jengkol tak sembarangan. Fatoni kerap menggunakan jengkol yang berasal dari Jepara.
"Saya beli di Pasar Kramat Jati. Jengkol Jepara itu memang yang paling enak dan paling mahal di pasaran. Dia lebih legit rasanya, memang benar-benar beda dibanding jengkol lain," tambahnya.
Jengkol Jepara sendiri berbentuk bulat tidak gepeng, legit, tidak ada sentilan pahit, dan mudah hilang baunya. Kulit jengkol Jepara sendiri, menurut Fatoni, mudah pecah jika sudah berumur tua.
"Ya saya ingin jengkol lebih diterima masyarakat saja. Karena pada dasarnya jengkol ya memang enak kalau tahu cara mengolahnya. Beda makan jengkol di sini (Republik Jengkol) karena sampai buang air kecilnya pun tidak bau," papar Fatoni.
(Baca Juga: PENTING! Kenali Manfaat Buah dan Sayur dari Warnanya)
"Lalu kenapa takut ya saya jualan jengkol. Wong yang bau itu saja banyak orang yang suka gimana ini yang gak bau. Kalau dari logonya saya pakai Republik Jengkol itu keinginan saya. Kalau diartikan itu re artinya kembali. Publik itu masyarakat. Jadi kembali ke selera masyarakat," ujar Fatoni.
Hidangan favorit di Republik Jengkol, khususnya warung makan pertamanya, adalah Tongseng Jengkol dan Jengkol Lada Hitam. Menurutnya, hidangan itu diminati lantaran pedasnya olahan jengkol.
Harga olahan jengkol di Republik Jengkol berkisar Rp 18.000 - Rp 24.000 belum termasuk nasi putih. Jam buka warung makan Republik Jengkol mulai dari pukul 11.00 - 22.00 WIB. (*)
(Baca Juga: Ini Manfaat Buah dan Sayuran Ungu Untuk Kesehatan, Makin Gelap Warnanya Makin Ampuh Khasiatnya)