Atau sebaliknya, membangun "pertahanan" dengan kecurigaan berlebih, semisal mencurigai pasangan ada main dengan orang lain, tapi ia tetap menuntut aktivitas berintim-intim lebih sering dari biasanya.
Penyebab lain, aktivitas berintim-intim dijadikan satu-satunya cara berkomunikasi hanya karena merasa tak mampu membuka diri atau menjalin komunikasi dengan baik.
(BACA JUGA: Suami Istri Yang Terbuka Soal Fantasi Seks, Selain Hasil Yang Dasyat Ternyata Akan Merasa Seperti Ini)
Bisa pula karena terbiasa memanfaatkan aktivitas berintim-intim sebagai sarana pelepas ketegangan, seperti yang kerap terjadi pada pekerja-pekerja yang bidang pekerjaannya dirasa memiliki tingkat stres amat tinggi, semisal supir-supir truk.
Atau, lantaran tak terpenuhinya keinginan/harapan seksual yang bersangkutan.
Ketidakpuasan atau bahkan ketiadaan aktivitas yang satu ini kemudian menimbulkan masalah-masalah psikologis, seperti gelisah terus-menerus, susah tidur, dan cenderung marah-marah tanpa sebab.
(BACA JUGA: Kenapa Berhubungan Seks Pertama Kali Terasa Begitu Menyakitkan dan Tidak Nyaman?)
Ketidakjelasan kondisi psikis ini akan menyeretnya untuk terus mencari dan mencari kepuasan seks.
Sayangnya, upaya pencarian akan pemenuhan kebutuhan seksual tersebut kerap ditempuh lewat jalur-jalur di luar ketentuan masyarakat, semisal dengan "jajan" atau malah berselingkuh.
Hingga, kondisi ini kemudian memunculkan ciri hiperseks selanjutnya, yaitu promiscuity atau kecenderungan berganti-ganti pasangan.
Ia menempuh cara tersebut lantaran menganggap pasangannya tak bisa melayaninya lagi atau malah "kasihan" pada pasangan. (*)