Find Us On Social Media :

Cobaan Bertubi Menerpa Renita Sukardi, Setelah Kehilangan Anak Kini Dililit Kanker Payudara

By Hery Prasetyo, Kamis, 6 April 2017 | 03:22 WIB

Renita Sukardi saat bahagia bersama putranya, Andi Jabbar Al Mufti.

Grid.ID - Renita Sukardi rupanya memang sedang diuji. Cobaan demi cobaan datang kepadanya sejak 2012.

Setelah memiliki anak, Andi Jabbar Al Mufti, Renita dan suaminya Andi Hilmi Salahuddin ingin memiliki anak kembali.

Dan, pada tahun 2012 Renita hamil. Kebahagiaan pun semakin meninggi.

Renita tampak gembira. Bahkan ketika diminta wawancara oleh majalah Nakita pada Februari 2014, dia sangat antusias dan bersemangat.

Namun, tiba-tiba dia membatalkan wawancara itu.

(BACA JUGA: 2 Kaki Sudah Patah, Ini Cerita Awal Mula Renita Sukardi Divonis Kanker Payudara)

Melalui pesan singkat, dia menyatakan harus menjalani kiret.

Setelah mengalami vlek yang berlanjut dengan pendarahan, diketahui bahwa jantung bayi yang dikandungnya sudah tak berdetak lagi.

Berita itu sangat mengguncang Iren, panggilan Renita. Apalagi, kehamilan itu memang sudah direncanakan.

Saat itu, putra pertamanya sudah berumur 2 tahun dan saatnya punya adik.

"Awalnya saya merasa mampu melakukan segalanya sendiri. Sehari-hari saya sendiri yang mengasuh Al (anaknya) yang aktif," katanya waktu itu.

Tak lama kemudian, ternyata pesinetron ini merasakan ada keanehan pada payudaranya.

(BACA JUGA: Ternyata, Ibunda Renita Sukardi Meninggal Dunia Karena Idap Kanker Payudara)

Dalam pemeriksaan ditemukan FAM atau Fibroadenoma mammae, yakni tumor kecil di payudara Iren.

Suami Renita Sukardi menyebutkan kalau tulang sang istri mengalami kerapuhan saat divonis kanker.

"Awalnya Juli 2014 itu ketahuannya. Mulai muncul tuh, terasa ada benjolan terus diperiksa. Kata dokter tuh yang pertama ketemu itu FAM," ucap suami Renita Sukardi, Andi Hilmi Salahuddin, kepada Grid.ID di RSCM, Jakarta Pusat, Rabu (5/4/2017).

Pada saat itu, Renita sudah sempat menjalani operasi pengangkatan FAM tersebut dan berjalan lancar.

"FAM tuh kayak tumor tapi jinak, jadi diangkat. Operasinya kecil, cuma angkat tumor doang. Itu pun nggak sampai nginep (di rumah sakit). Operasi pagi, sore sudah pulang lagi," tambah Andi Hilmi.

Namun nahasnya, ketika menjalani pemeriksaan lebih lanjut, ternyata Renita divonis kanker payudara stadium 2.

"Tapi besokannya, ketahuan setelah dibiopsi, ada sel kanker. Waktu itu divonis dia kanker payudara stadium 2," jelas Andi Hilmi.

(BACA JUGA: Idap Kanker Payudara Stadium 3B, Renita Sukardi Dilarang Makan Sederet Panganan Ini)

Ketika divonis kanker payudara stadium 2, Renita pun ternyata sempat menjalani terapi dan sempat merasa sudah sembuh walau ternyata hasil berkata lain.

"Kemudian diterapi, ada satu dokter di daerah Menteng sana. Terapi dua bulan langsung sembuh, kemudian di akhir 2015, ternyata muncul lagi,” kata Andi Hilmi.

"Sebenarnya waktu itu dokter bilang, walaupun (sel kanker) kamu sudah hilang, tapi kan masih ada sel-sel kecil yang tidak terdeteksi. Nah, sel-sel ini kalau nggak diatasi, akan membesar," tutur Andi Hilmi.

Renita pun beranggapan dirinya sudah sembuh total sehingga tidak pernah menjalani pemeriksaan kembali. Makanan Renita pun juga kurang dijaga.

Pada akhirnya setahun kemudian tepatnya pada April 2016 penyakit itu muncul kembali.

Sejak saat itu hingga sekarang, keadaan Renita tidak kunjung membaik bahkan terbilang lebih parah.

"Dari situ, sampai sekarang belum benar-benar pulih karena di situ kena low back pain (sakit pinggang akibat gangguan otot dan tulang punggung)," ucap Andi Hilmi.

(BACA JUGA: VIDEO EKSLUSIF - Mengejutkan, Begini Kata Dokter Agar Renita Sukardi Bisa Sembuh )

Tidak hanya itu, sesudah mengalami low back pain, kaki Renita pun mengalami patah tulang.

"Habis back pain, kaki kanan dulu patah, habis kaki kanan patah, kaki kiri lagi. Jadi, sekarang kakinya dua-duanya sudah patah nih,” kata Andi Hilmi.

"Tapi yang kanan sudah dipen, kaki kirinya belum sempet karena kan mau disinar. Kalau mau disinar kan nggak boleh dioperasi. Tunggu setelah hasil radiasi dulu, baru dia boleh dioperasi," tutup Andi Hilmi. (*)