“Karena kelelahan, kadang nafsu makan kita menurun. Itu sangat berbahaya. Itu yang harus kita jaga.”
(BACA JUGA 10 Kata-kata Inspirasional dari Para Wanita Hebat)
Pengalaman merasakan jam pagi yang berbeda di tiap bagian Antartika juga menjadi kesan tersendiri bagi mereka.
“Memang kami pernah merasakan gunung bersalju sebelumnya, tapi kali ini rasanya sangat berbeda."
"Jam pagi di tiap bagian Antartika saja selalu berubah-ubah."
"Lokasinya saja spesial, tidak semua orang punya kesempatan."
"Ada aturan-aturan khusus pula selama pendakian karena suhu dingin yang ekstrem,” kata Fransiska bersemangat.
Ia sendiri merasa bahwa Vinson Massif menjadi pendakian favoritnya.
Lain lagi dengan Mathilda, ia paling menyukai pendakian di Kilimanjaro.
(BACA JUGA Oscars 2017: Para Wanita Hebat Ini adalah Kandidat Terbaik Tahun Ini, dan Ini Alasan Mengapa Mereka Terpilih)
“Di Antartika semuanya putih, bersalju."
"Kalau di Kilimanjaro, karakteristik tiap zona berbeda-beda."
"Mulai dari hutan hujan hingga akhirnya puncak bersalju."
"Kalau salju semua, bosan juga,” jelas Mathilda sambil tertawa.
Dua perempuan berusia 23 tahun ini juga menyebutkan bahwa motivasi mereka untuk melakukan ekspedisi ini mesti diiringi dengan kedisiplinan tinggi terkait timeline.
“Kami membuat timeline untuk menyelesaikan misi."
(BACA JUGA Astaga! Wanita Ini 5 Hari Terdampar di Grand Canyon Gara-gara Terlalu Percaya Sama Google Maps )
"Selain latihan, kami juga punya kewajiban terkait perkuliahan."
"Kami harus terus berjalan sesuai rencana.”
Bendera Merah Putih berkibar di puncak tertinggi Antartika ini pada 4 Januari 2017.
Pukul 23.48 waktu setempat.
Mathilda dan Fransiska masih akan mempersiapkan diri untuk mendaki dua lagi untuk mendapat seven summiteers.
Berikutnya, mereka akan melakukan pendakian di Gunung Denali (6.190 mdpl) di Alaska dan Gunung Everest (8.848 mdpl) di Nepal. (*)