(BACA JUGA: Seperti Apa Ciri-ciri Seorang Wanita Disebut Hiperseks Sehingga Dianggap Menderita Kelainan?)
"Motivasinya, kan, bukan untuk saling melayani berdasarkan cinta kasih dan saling memuaskan, melainkan karena kekhawatiran-kekhawatiran tertentu semisal khawatir pasangan berpaling bahkan berselingkuh dengan orang lain. Sedangkan tujuan si hiperseks sendiri juga hanya untuk memenuhi dorongan seksualnya yang bersifat sesaat," ujar Dr. Gerard Paat, MPH.
Jadi, memang amat diragukan apakah hubungan tersebut dilandasi perasaan cinta.
Padahal wanita butuh suasana emosional yang kondusif untuk bisa berintim-intim.
Sementara hubungan seksual yang sehat hanya bisa terwujud bila kedua belah pihak menjadikan seks itu sendiri sebagai bagian dari ikatan cinta mereka berdua.
Menurut Gerard, kalau memang kita tengah dalam kondisi tak siap untuk memenuhi kebutuhan seks pasangan yang hiperseks, semisal lagi capek, ya, tak perlu dipenuhi/dituruti.
(BACA JUGA: Suami yang Selalu Minta Berhubungan Intim Setiap Hari Belum Tentu Hiperseks, Ini Kata Pakar!)
"Bukankah hubungan seks harus bersifat sukarela dan tanpa paksaan?
Jadi, istri ataupun suami tak wajib melakukan hubungan seks kalau memang tak menginginkannya.
Bila sampai terjadi pemaksaan berarti ada perkosaan di antara suami-istri."
Perlunya bantuan ahli juga didasarkan pertimbangan penderita hiperseks tak disarankan mengobati diri sendiri.
Apalagi penyebabnya amat beragam, hingga dibutuhkan pengobatan yang simultan atau bersamaan sekaligus antara pengobatan medis/fisik dan psikoterapi atau terapi kejiwaan.