Find Us On Social Media :

Maulid Nabi 2018: 5 Tradisi Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad SAW di Berbagai Daerah di Indonesia

By Novita Nesti Saputri, Minggu, 18 November 2018 | 13:20 WIB

Maulid Nabi 2018: 5 Tradisi Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad SAW di Berbagai Daerah di Indonesia

Laporan Wartawan Grid.ID, Novita Nesti Saputri

Grid.IDTradisi perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi 2018 di berbagai daerah di Indonesia berbeda-beda.

Setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan masing-masing dalam setiap tradisi perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi 2018.

Tradisi perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi 2018 yang dilakukan oleh sejumlah warga di Indonesia bahkan ada yang sudah dilestarikan selama puluhan tahun.

Baca Juga : Maulid Nabi 2018: Mengenal Tradisi Keresan di Mojokerto, Warga Berebut Hasil Bumi yang Digantung di Pohon Kersen

Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal (kalender Islam).

Kisah hidup Nabi Muhammad SAW sudah sepatutnya diketahui oleh umat Islam.

Orang tua Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah dan Aminah binti Wahab.

Baca Juga : Maulid Nabi 2018: Mengenal Tradisi Maudu Lampoa di Sulawesi, Perayaan dari Atas Perahu

Rasulullah SAW lahir di hari Senin, 12 Rabiul Awal, tahun Gajah.

Di tahun tersebut, terdapat sebuah peristiwa bersejarah di mana pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah berusaha untuk menghancurkan Ka'bah.

Namun dengan pertolongan Allah SWT, Ka'bah tidak hancur dan pasukan gajah berhasil dikalahkan oleh burung-burung Ababil yang menjatuhkan batu-batu yang mengandung penyakit.

Baca Juga : Maulid Nabi 2018 : Mengenal Tradisi Saweran Koin di Kediri yang Selalu Ditunggu Anak-anak

Untuk memperingati hari lahir Rasulullah SAW, maka tanggal 12 Rabiul Awal diperingati sebagai hari Maulid Nabi.

Di Indonesia sendiri, Maulid Nabi menjadi salah satu hari besar dan hari libur nasional.

Tahun ini, Maulid Nabi jatuh pada tanggal 20 November 2018.

Baca Juga : Maulid Nabi 2018: Mengenal Festival Ampyang Maulid di Kudus yang Telah Digelar Sejak Abad ke-16

Perayaan Maulid Nabi diperingati dengan cara yang berbeda-beda di setiap daerahnya.

Kebanyakan dari mereka merayakannya dengan menggelar pengajian atau ibadah dzikir bersama.

Meski begitu, sejumlah daerah di Indonesia memiliki tradisi unik tersendiri untuk merayakan Maulid Nabi.

Baca Juga : Maulid Nabi 2018: Mengenal Tradisi Baayun Maulid, Budaya Mengayunkan Bayi Hingga Lansia di Kota Banjarmasin

Berikut Grid.ID merangkum 5 tradisi perayaan Maulid Nabi di berbagai daerah di Indonesia.

1. Tradisi Bungo Lado di Padang Pariaman

Dilansir Grid.ID dari akun Twitter @Kemendikbud_RI, tradisi Bungo Lado adalah tradisi warga Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat dalam merayakan Maulid Nabi.

Baca Juga : Maulid Nabi 2018: Mengenal Tradisi Bungo Lado, Pemberian Pohon Uang ke Masjid di Padang Pariaman

Bungo Lado memiliki arti pohon uang.

Dalam tradisi tersebut, warga akan membuat sejumlah pohon buatan yang dihiasi dengan uang kertas asli.

Uang kertas yang ditempelkan pada pohon tersebut beragam, mulai dari pecahan terkecil hingga terbesar.

Baca Juga : Resmi Berhijab, Begini Gaya Kasual Istri Ricky Harun, Herfiza yang Bisa Ditiru Untuk Menyambut Maulid Nabi

Selain membuat Bungo Lado, warga secara sukarela membawa makanan dan minuman untuk disantap bersama.

2. Tradisi Baayun Maulid di Banjarmasin

Dilansir Grid.ID dari Tribunnews, tradisi Baayun Maulid ini adalah tradisi mengayunkan tubuh dengan menggunakan ayunan sembari membaca atau dibacakan dzikir dan shalawat nabi.

Baca Juga : Fashion Hijab Sederet Artis Cantik Ini Bisa Jadi Inspirasi Kamu loh, Siap Tampil Modis Saat Perayaan Maulid Nabi nih!

Dari bayi hingga lansia turut berpartisipasi dalam tradisi Baayun Malid ini.

Ratusan warga akan berkumpul di masjid dengan berbagai jenis dan model ayunan.

Mereka menghiasi ayunan masing-masing dengan berbagai pernak-pernik seperti janur agar terlihat meriah.

Baca Juga : Rossa Unggah Foto Orang Tua, Potret Ibunda yang Terlihat Awet Muda Jadi Sorotan

Selain agar terlihat indah, hiasan pada ayunan tersebut juga memiliki makna dan harapan tertentu untuk yang diayun.

3. Tradisi Saweran Koin di Kediri

Tradisi Saweran Koin di Kediri ini dilakukan di sela-sela pembacaan kitab Barzanji oleh para jamaah Masjid Jamsaren.

Baca Juga : Himbauan Deddy Corbuzier pada Kaum Pria: Jangan Berbohong Face to Face dengan Wanita!

Dikutip Grid.ID dari Tribun Pekanbaru, jamaah yang ingin berbagi rezeki akan membentuk lingkaran di serambi masjid.

Ditengah-tengah pembacaah kitab, mereka akan melemparkan koin pecahan Rp 100 hingga Rp 1.000 ke udara.

Uang koin tersebut akan mengarah ke kerumuman warga yang ada di hadapan jamaah yang melingkar.

Baca Juga : Sibuk dengan Pekerjaan, Sahrul Gunawan Tak Ada Waktu Cari Pasangan!

Uang koin yang jatuh ke lantai akan diperebutkan oleh anak-anak.

4. Tradisi Maudu Lampoa di Sulawesi Selatan

Perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW oleh masyarakat Takalar, Sulawesi Selatan dilakukan di atas perahu.

Baca Juga : Bukan Tambah Anak, Ardie Bakrie Malah Mau Tambah Istri, Enggak Nyangka Begini Reaksi Nia Ramadhani

Dilansir Grid.ID dari laman Tribun Timur, sejumlah warga biasa merayakan Maudu Lompoa (Maulid Besar) dengan menghiasi perahu menggunakan selendang warna-warni dan telur hias.

Perahu dihiasi dengan ribuan telur serta bahan makanan tradisional dan menjadi pemandangan unik di sepanjang sungai.

Makanan yang telah disusun seperti gunungan tersebut akan diperebutkan oleh ribuan warga.

Baca Juga : Balik ke Industri Hiburan Pasca Keluar Penjara, Restu Sinaga Kembali Bangkit

Gunungan yang diperebutkan berisi telur hias, ayam, beras dimasak setengah matang, beras ketan, mukena, kain khas Sulawesi, serta aksesoris lainnya.

Sebelum diperebutkan, warga akan membacakan kitab Barzanji di sekitar gunungan tersebut.

5. Tradisi Keresan di Mojokerto

Baca Juga : Dua Tahun Vakum, Sahrul Gunawan Rindu Balik ke Dunia Musik

Tradisi Keresan ini masih terus dilestarikan oleh warga di Dusun Mangelo, Desa Sooko, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Dalam tradisi Keresan ini, warga akan menggantung sejumlah hasil bumi seperti nanas, kelapa muda, terong, jagung, dan nangka di pohon kersen atau talok.

Hasil bumi disusun secara rapi di bawah kedua pohon kersen tersebut.

Baca Juga : Lama Tidak Terdengar Kabar, Aktor Korea Jo In Sung Kepergok Main Golf di Bali

Selain hasil bumi, warga juga menggantung kebutuhan pokok lainnya seperti pakaian, topi, sandal, sepatu, hingga jas hujan.

Setelah dimulai dengan doa bersama, warga dipersilakan untuk mengambil barang-barang yang telah digantung di pohon kersen. (*)