Laporan wartawan Grid.ID, Ria Theresia Situmorang
Grid.ID - Maju sebagai calon legislatif setelah pernah menjabat sebagai pimpinan daerah di Banten sepertinya adalah keputusan yang bulat bagi Rano Karno.
Rano Karno bercerita dalam obrolan bersama tim Grid.ID di kediamannya di kawasan Lebak Bulus kalau kali pertama ia terjun ke dunia politik adalah saat pemilihan kepala daerah Jakarta dulu menemani Fauzi Bowo.
Namun karena tidak mumpuni maju ke pemilihan di ibukota, dirinya akhirnya bertarung di Banten dan lantas menjabat di Banten menjadi wakil Gubernur selama 4 tahun dan Gubernur selama 1 tahun.
"Ada politik praktis ada politik kebijakan artinya banyak banget. Secara general dalam kehidupan kita memang berpolitik," ungkapnya saat ditanya alasannya terjun ke dunia politik.
Baca Juga : Gagal Pertahankan Rumah Tangga, Sule: Anak-Anak Selalu Support Gua Dalam Hal Apapun
Sebelumnya, Rano Karno bercerita kalau ia sempat mengenyam pendidikan ilmu politik selama 4,5 tahun. Meskipun hanya mengikuti kegiatan perkuliahan extension di kelas Jumat, Sabtu dan Minggu namun ia bangga bisa menyandang status sarjana politik.
Lebih lanjut pada Minggu (18/11/2018), Rano Karno bercerita kalau ia merasakan banyak tantangan selama 5 tahun memimpin provinsi Banten. Salah satunya karena pemerintahan adalah bidang yang spesifik untuk dipelajari.
"Banyaklah (tantangannya). Ini kalau pemerintahan ini spesifik. Bukan berarti tidak bisa dipelajari," ungkapnya saat berbicara kepada Grid.ID.
"Memang logika bagusnya pemimpin daerah mengerti ilmu kepemerintahan karena bahasa ilmu pemerintahan berbeda dengan ilmu profesional. Walaupun belakangan ilmu pemerintahan birokrat itu masuk ke dunia profesional," sambungnya.
Rano Karno memberikan contoh kasus kalau di dunia pemerintahan kini ditemukan praktik satu pintu yang sebenarnya di dunia birokrat terbilang sulit untuk dilakukan.
Baca Juga : Dikenal Bandel Semasa Kecil, Sule: Tapi Gua Tetap Hormat Terhadap Orang Tua
"Misalnya sekarang nggak ada lagi ijin ketemu semuanya udah layanan satu pintu. Itu kan sebenarnya juga profesional, tapi apakah bisa? Dunia birokrat sama dengan profesional kayanya sulit," paparnya.
"Sulit karena dunia birokrat masih memerlukan pertemuan. Cuma kan sekarang dihindari supaya tidak terjadi korupsi, nepotisme untuk menghindari pertemuan. Cuma agak sulit untuk tidak terjadi pertemuan," terangnya.
"Misalnya perijinan harus dilihat letak tanah dimana ada wawancara jadi harus dilihat jadi memang sulit kalau sama sekali tidak ada pertemuan," tandasnya.
Baca Juga : Miris! Kerumunan Warga Justru Berfoto di Lokasi Pembunuhan Keluarga Diperum Nainggolan
(*)