Rano Karno menyebutkan kalau dalam versi cetak, informasi yang disuguhkan cukup banyak sehingga memungkinkan pembaca untuk berimajinasi ditambah dengan pendekatan kultur yang membuatnya cukup dekat dengan pembacanya.
"Tapi kalau dalam kertas kita bisa tahu sejarah. Sejarah atlet itu, sejarah olahraga itu. Banyaklah ada pendekatan kultur ada pendekatan budaya ada pendekatan manusia, ya," jelasnya.
"Misalnya kita bisa tahu sejarahnya si Andik seperti apa dulu. Kalau di online itu kan, nggak bisa panjang. Kita hanya bisa dapat informasi Indonesia kalah semalam 4-2 itu doang," sebutnya mengarah pada pertandingan sepakbola antara Thailand dan Indonesia dalam tahap group stage kejuaraan AFF yang berlangsung Sabtu (17/11/2018) lalu.
Baca Juga : Cerita Misterius Sopir Grab, Penumpang Hilang dan Uang Berubah Menjadi Daun
Namun begitupun, Rano Karno menyadari realita tersebut hanya saja ia menyesalkan informasi yang kurang lengkap dalam suguhan berita yang disampaikan secara online.
"Sampai hari ini saya minta maaf belum ada online yang bisa cerita tentang biografi. Ya, bukan biografi full lah atlet-atlet kita segala macam. Kaya kemarin yang panjat tebing kita bisa juara dunia kita kan nggak tahu anak-anak ini siapa," keluhnya.
"Tapi kita tahu di China dia menang, terakhir di Jepang dia juga menang. Ini kalau diceritain kan menjadi trigger untuk bisa menjadi sesuatu," terangnya.
"Tapi itulah realita. Disitu kita mesti belajar," tandasnya.(*)