Baca Juga : Polisi Bakal Gelar Pra Rekonstruksi, Lokasi Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi Dipadati Warga
Tahun 2004 menjadi awal perjalanan karier ibu tiga anak ini sebagai dokter tim forensik Polri dengan bergabung ke Pusdokkes Polri di bidang Kedokteran Polisian.
Lebih dari 14 tahun menjadi seorang dokter forensik membuat Lisda Cancer terbiasa melihat jenazah dengak berbagai kondisi.
Meskipun begitu, dirinya tetap merasa tidak nyaman saat harus dihadapkan dengan jenazah yang kondisinya tidak utuh.
Baca Juga : Cari Linggis Barang Bukti Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi, Polisi Sampai Harus Menyelam di Sungai Keruh
"Yang pertama, takut sih gak ya. Alhamdulillah kalau takut enggak. Cuman rasa mungkin enggak nyaman ya apalagi kalau lihat kondisinya enggak (bagus) ini enggak nyaman tapi ya lama lama terbiasa," ungkap Lisda.
Bergabung bersama tim DVI juga kerap membuatnya diberondong pertanyaan dari keluarga yang menantikan hasil pemeriksaan.
Namun perempuan kelahiran 1968 ini mengaku bila dirinya bisa mengerti perasaan keluarga korban yang khawatir.
Dirinya pun tetap mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan dengan penuh kesabaran.
“Maksudnya, kita kan tau emosinya namanya orang lagi sedih, merasa kehilangan. Kita yang harus sabar dan harus bisa menjelaskan yang masuk akal gitu, sehingga keluarga korban menerima alasan kita apa, jangan kita ngarang-ngarang,” tuturnya.
Berkecimpung di dunia forensik selama 14 tahun, Lisda Cancer juga pernah menemui kegagalan.
Dirinya mengaku sangat sedih bila tidak berhasil mengidentifikasi jenazah, terlebih bila keluarga korban begitu mengharapkan kerabatnya segera ditemukan.
Baca Juga : Viral, Seorang Pemuda Tulis Surat Ucapan Terima Kasih untuk Polisi Setelah Lulus Tes dan Dapat SIM
“Ya ada sih perasaan menyesal jika kita tidak bisa mengidentifikasi, tidak bisa mengembalikkan kepada keluarga korban, apalagi kalau keluarga korban sangat mengharapkan ya, pasti ada rasa (penyesalan) itu,” ungkapnya.
(*)