Grid.ID - Wartawan Washington Post, Jamal Khashoggi, memang menjadi kritikus rezim Arab Saudi.
Jamal Khashoggi dibunuh di kedutaan Arab Saudi di Istanbul bulan lalu, tetapi Riyadh menolak bertanggung jawab atas kematiannya.
Bahkan badan intelujen AS, CIA menyimpulkan dengan keyakinan tinggi bahwa Jamal Khashoggi dibunuh atas perintah dari otoritas tertinggi Arab Saudi.
Dikutip dari Kompas.com, Selasa (20/11) Arab Saudi kemudian mendapat tekanan keras dari dunia untuk mengakui jika pemerintahan merekalah yang membunuh Khashoggi.
Baca Juga : 5 Fakta Mayat dalam Drum, Ada Luka Tusuk di Leher
Berbagai tekanan ini ditunjukkan kepada putra mahkota Mohammed bin Salman yang dituding sebagai dalang pembunuhan.
Tahu negaranya mendapat kecaman internasional bertubi-tubi, Raja Salman akhirnya angkat bicara mengenai pembunuhan Jamal Khashoggi.
Walau tidak secara eksplisit menyebut kasus tersebut, Raja Salman bakal memastikan keadilan bakal ditegakkan.
"Kami memastikan negara ini tak akan melenceng dari penerapan hukum Tuhan tanpa mendiskriminasi siapapun," ujar Raja Salman.
Baca Juga : Sebelum Dihabisi, Jamal Khashoggi Dipaksa Kirim Pesan Kepada Anaknya
Raja kemudian melontarkan pujian terhadap putra mahkota Mohammed bin Salman yang ia anggap sukses melakukan reformasi di bidang ekonomi.
Baginya, ekonomi Saudi membaik dengan tersedianya lapangan pekerjaan bagi generasi mendatang.
Televisi pemerintah Saudi, Al-Arabiya mengungkapkan Mohammed bin Salman bakal menghadiri pertemuan G20 di Argentina, termasuk Indonesia yang bakal hadir di sana.
Baca Juga : F-22 Raptor, Pesawat Siluman Canggih Milik AS yang Tak Terlihat Radar, Namun Indonesia Punya Penangkalnya
Pertemuan itu bisa jadi merupakan ajang bagi Saudi untuk semakin mengukuhkan Mohammed bin Salman sebagai penerus Raja Salman untuk memimpin negara.
Sementara itu Presiden AS Donald Trump menolak tuduhan untuk menyalahkan Saudi karena aliansi erat antara negaranya dengan Arab Saudi.