Find Us On Social Media :

Dari Karyawan PT KAI yang Jujur Sampai Impor Kereta Api Bekas Jepang yang Terungkap

By Hery Prasetyo, Senin, 10 April 2017 | 01:13 WIB

Salah satu KRL bekas dari Jepang yang didatangkan ke Indonesia.

Grid.ID - Kisah karyawan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), Syahri Rohmat (24), sempat menjadi perbincangan dunia dan viral di Jepang maupun negara tetangga, Singapura pada tahun 2016.

Awalnya karena Rohmat menemukan handphone di sela-sela kursi KRL pada akhir tahun 2015.

Tak disangka, pemilik ponsel tersebut ialah seorang mahasiswa asal Jepang bernama Shota Noda (21).

Ia kehilangan ponsel pribadinya saat berada di dalam kereta Nanbu Line, Jepang.

Namun siapa sangka, KRL tersebut akhirnya dikirm ke Indonesia pada bulan Desember 2015.

Rohmat menemukan ponsel serta kartu mahasiswa milik Shota saat ia tengah membersihkan gerbong kereta.

Ia memotret ponsel dan kartu mahasiswa itu lalu mengunggahnya ke jejaring sosial Twitter.

Tak disangka, pada 11 Januari 2016 Shota yang kala itu masih di Jepang menerima sebuah pesan berisi foto kartu mahasiswa serta ponselnya.

Ia akhirnya memutuskan untuk datang ke Jakarta setelah berbagai cara dilakukan untuk mengirmkan ponsel itu ke Jepang namun gagal.

Ketika itu ia pertama kali bertemu dengan Rohmat pada 27 Juli 2016.

(BACA JUGA: Salut! Pegawai PT KAI Nemu Hape di Gerbong KRL Bekas Kiriman Dari Jepang, Malah Kaya Begini Sekarang)

Semenjak itu, keduanya menjadi sahabat hingga hari ini.

Kisah Rochmat dan Shota itu sedikit banyak ikut mengungkap soal impor kereta bekas dari Jepang ke Indonesia.

Sejak 2004

Menurut koresponden Tribunnews.com di Tokyo, Richard Susilo, East Japan Railway Company (JR), perusahaan kereta api terbesar di Jepang telah mengekspor kereta api bekasnya sejak tahun 2004 sebanyak 100 gerbong lewat perantara.

Namun baru tahun lalu, 2013, ekspor kereta api JR tersebut dilakukan langsung dengan pihak Kementerian Transportasi Indonesia dan sejak tahun lalu pula beserta pelayanan perawatan selama empat atau lima kali.

Para stafnya bolak-balik Jepang-Indonesia untuk membantu melatih dan memberikan nasihat mengenai perawatan kepada para pengurus kereta api Indonesia.

“Dua jalur kereta api JR yang diekspor ke Indonesia adalah kereta api bekas dari jalur Saikyo yang menghubungkan Tokyo dan Saitama, serta jalur Yokohama, dengan jumlah sekitar 50 gerbong kereta api."

"Hal ini beserta pelayanan purna jual yang kami lakukan empat atau lima kali bolak-balik ke Indonesia agar dapat transfer teknologi, pengetahuan dan informasi seperlunya kepada para pegawai kereta api Indonesia yang menangani kereta api Jepang tersebut,” papar Executive Diractor East Japan Railway Company, Takao Nishiyama, kepada Tribunnews.com (8/12/2014) di kantornya di bilangan Shinjuku Tokyo.

Kereta api Jepang yang dibeli pemerintah Indonesia sejak tahun lalu menurutnya sangat murah, tanpa mau menyebutkan nilainya.

Sumber Tribunnews.com di kalangan perkeretaapian Jepang menyebutkan, satu set kereta api yang terdiri dari 10  gerbong, sudah tua, dijual sebagai besi bekas dengan harga sekitar 10 juta yen atau sekitar satu miliar rupiah.

“Dari penjualan tersebut, murah harganya, kami sampaikan ke pelabuhan di Jepang. Dari pelabuhan di Jepang dilakukan pengapalan oleh agen ekspor impor yang ditunjuk pemerintah Indonesia. Sampai ke Indonesia itu semua beban pemerintah Indonesia. Pihak JR hanya mengantar sampai pelabuhan laut di Jepang saja,” ungkap Nishiyama lagi.

Nishiyama yang tahun lalu sekali ke Jakarta dan tahun ini dua kali ke Jakarta termasuk menemui Menteri Perhubungan waktu itu, Ignasius Jonan, bersama Wakil Chairman JR belum lama ini di Jakarta, mengakui transportasi jalan raya Jakarya sangat padat sekali.

“Wah dari bandara ke dalam kota tiga jam ya lama sekali, tak ada kepastian jam bisa satu jam juga sampai. Susah juga ya macetnya seperti itu. Tapi dengan pekerjaan MRT di dalam kota nantinya setelah selesai kami yakin akan tersolusikan dan Jakarta semakin baik cantik dan tak ada lagi macet tentunya.”