Find Us On Social Media :

Kasus Pembunuhan Khashoggi, Posisi Putra Mahkota Arab Saudi Terancam, Begini Kata Raja Salman Soal Penegakan Hukum

By Dwi Ayu Lestari, Rabu, 21 November 2018 | 12:21 WIB

Pangeran Mohammed bin Salman.

Grid.ID - Kasus pembunuhan Khashoggi, jurnalis Washington Post menyeret nama Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman.

Karenanya kasus pembunuhan Khashoggi banyak menyita perhatian dunia Internasional, termasuk Dinasti Al Saud yang menginginkan adanya perubahan dalam suksesi kekuasaan Arab Saudi.

Buntut kasus pembunuhan Khashoggi membuat posisi Mohammed bin Salman sebagai Putra Mahkota Arab Saudi terancam.

Baca Juga : Heboh Perceraian Gisella Anastasia dan Gading Marten, Pihak Pengadilan Ungkap Hal ini

Sumber internal menyatakan kepada Reuters via Al Jazeera Selasa (20/11/2018) berkata, mereka akan mencegah putra mahkota untuk naik tahta.

Mereka menunggu momen yang tepat karena rencana ini tidak akan dilakukan sepanjang Raja Salman yang bertahta sejak 23 Januari 2015 masih hidup.

Nantinya, setalah Raja Salman wafat mereka akan mengajukan adiknya, Pangeran Ahmed bin Abdulaziz untuk menjadi putra mahkota.

Dukungan akan rencana ini juga datang dari seorang pejabat Amerika Serikat anonim yang menuturkan negaranya dan beberapa kekuatan dunia barat lainnya akan menjagokan pangeran berusia 76 tahun tersebut.

Pangeran Ahmed sendiri kerap memberi kritikan terhadap kepemimpinan Saudi dan menemui pengunjuk rasa di London yang menuntut Dinasti Saudi runtuh.

Sementara itu Raja Salman untuk pertama kalinya berpidato pasca kasus pembunuhan Khashoggi yang banyak menyita perhatian dunia itu.

Raja Salmat tidak menyinggung secara langsung kasus tersebut, namun Ia menekankan bahwa Kerajaan Saudi dibentuk berdasarkan nilai Islan akan keadilan dan kesetaraan.

Baca Juga : Rumor Syahrini Akan Menikah dengan Reino Barack, Kartika Putri Tulis Pesan ini

Tanpa menyebut kasus Khashoggi, dia memuji sistem peradilan dan penegakan hukum yang tengah dilaksanakan negeri kaya minyak itu.

"Kami memastikan negara ini tak akan melenceng dari penerapan hukum Tuhan tanpa mendiskriminasi siapapun," terang Raja Salman.

Dia juga memuji Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman ( MBS) yang dianggap sukses dalam melaksanakan reformasi di bidang ekonomi.

Bahkan, televissi Al-Arabiya melaporkan MBS bakal menghadiri pertemuan G20 di Argentina yang mana ini akan menjadi kunjungan luar negeri pertama kalinya semenjak kasus pembunuhan Khashoggi mencuat.

Terkait kasus pembunuhan Khashoggi, pada awalnya Riyadh bersikukuh jurnalis 59 tahun tersebut telah meninggalkan gedung dan tidak mengakui bahwa Ia dibunuh di dalam gedung konsulat.

Dalam keterangan resmi pekan lalu, Saudi menyatakan tim beranggotakan 15 orang datang ke Istanbul untuk membawa pulang Khashoggi.

Baca Juga : Pengajian Jelang Akad Nikah Paula Verhoeven Dilakukan Secara Tertutup

Namun karena tidak mau, lima orang menangkap Khashoggi, mengikatnya, dan menyuntikkan obat bius dosis tinggi hingga dia tewas. Setelah itu jenazahnya dimutilasi dan diserahkan ke seorang agen yang sudah menunggu di luar gedung.

Riyadh berkata telah menahan 21 orang yang ada hubungannya dengan kasus tersebut.

Kantor Jaksa Saudi menjelaskan lima orang di antaranya bakal dituntut hukuman mati karena dianggap sebagai sosok yang merencanakan dan melakukan pembunuhan.(*)