Apalagi, di sekitar angkot itu, warga masih berkerumun.
Posisi Hermawan berada di belakang angkot dengan tangan kanan memegang celurit yang diarahkan ke Risma dan anaknya.
Sebelum mengambil tindakan, Sunaryanto meminta tolong terhadap pengemudi ojek untuk memegang ponsel genggamnya.
Langkah itu diambil sebagai bentuk dokumentasi. Agar ada bukti peristiwa.
"Bukan apa-apa, takutnya, kalau polisi berbuat kadang orang tidak percaya. Makanya, buat bukti saya," ujar Sunaryanto.
Kemudian, Sunaryanto meminta warga sekitar agar menjauh dari posisi angkot.
Tapi, warga tetap ngotot untuk mendekati angkot. Sehingga, Sunaryanto sempat membatalkan untuk melesakan tembakan.
Sementara Hermawan terus mendesak. Dia meminta Sunaryanto untuk segera menyopirinya ke luar dari wilayah tersebut.
"Cepat bantu saya," bentak hermawan.
"Tenang mas saya bantu," jawab Sunaryanto.
"Oh enggak bisa," timpal Hermawan.
"Dia makin gelap," tutur Sunaryanto.
(BACA JUGA: Menegangkan! Inilah Detik-Detik Pelaku Penyanderaan Ibu dan Balita Dalam Angkot Ditembak Aparat Kepolisian)
Sunaryanto memikirkan dampak buruk sebelum menembak Hermawan.
Pertama, kalau tembak di kepala, berisiko akan mengenai Risma. Sementara, bila tembakan diarahkan ke tangan kiri, berisiko ke bayi Risma.
Dengan cermat, Sunaryanto melihat tangan kanan Hermawan yang tengah lengah.
"Saya Lillahi Ta'Ala, selawatan tiga kali, baca bismillah, akhirnya baru (pistol menembak tangan kanan Hermawan)," ujar Sunaryanto.
Hermawan berhasil dilumpuhkan. Dengan sigap, Sunaryanto langsung menyergap.
Dia merangsek masuk ke dalam angkot. Mengamankan senjata tajam yang digenggam Hermawan.
Sunaryanto membopong Risma dan Anaknya ke luar Angkot. Kemudian, dia juga mengamankan Hermawan. Sunaryanto mengamankan Hermawan agar tidak menjadi amukan massa. Hermawan dibawa ke kantor kepolisian Buaran.