Find Us On Social Media :

Polisi Wanita Muslim Itu Tewas Saat Melindungi Warga Kristen

By Hery Prasetyo, Selasa, 11 April 2017 | 11:38 WIB

Nagwa Abdel-Aleem (kanan), polisi wanita muslim yang akhirnya tewas setelah mencoba melindungi warga Kristen dari serangan bom teroris.

Grid.ID - Mesir bersiap memberlakukan status negara dalam keadaan darurat setelah serangan di dua gereja Kristen Koptik yang menewaskan 44 orang, pada Minggu palma (9/4/2017).

Mesir juga memberikan penghormatan khusus kepada tiga polisi, termasuk seorang perempuan polisi berhijab, yang menjadi korban bom tersebut, seperti dirilis The Independent, Senin (10/4/2017).

Nagwa Abdel-Aleem, perempuan polisi berhijab itu, tewas saat menjalanlan tugas akibat serangan bom bunuh diri yang diklaim Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) itu.

Perempuan berusia 55 tahun itu berusaha menghalangi teror ke masyarakat Kristen yang  berada di gereja.

Ia edngan sekuat tenaga menghadang seorang pengebom bunuh diri di gerbang utama gereja Koptik di Alexandria.

Usahanya menggagalkan pengeboman dan penyelamatan kepada warga kristen itu tak sukses.

Ia justru tewas akibat ledakan bom.

Setidaknya 44 orang tewas dalam dua pemboman yang menargetkan minoritas Kristen Mesir pada hari Minggu Palma itu.

Serangan pertama di Gereja St Gregorius di Tanta, sekitar 100 km utara Kairo, lalu diikuti ledakan selama misa di Katedral St Markus di Alexandria.

Nagwa sedang menjaga pintu masuk ke gereja Katedral St Markus ketika pengebom bunuh diri berusaha untuk melewati pemeriksaan keamanannya.

Karena dicegat oleh Nagwa, pelaku pun tak dapat masuk ke dalam gereja dan meledakkan dirinya di pos pemeriksaan di gerbang utama gereja.

Diperkirakan target utama penyerangan  saat itu adalah Paus Tawadros II, yang telah meninggalkan lokasi beberapa menit sebelumnya.

Nagwa Abdel-Aleem adalah wanita pertama yang mati dalam menjalankan tugas di kepolisian Mesir. Media Mesir melaporkan, salah satu dari dua putra Nagwa yang juga seorang polisi, juga tewas dalam insiden itu.

Foto-foto dirinya bersama suaminya, seorang letnan tentara, telah banyak beredar luas di media sosial, bersama dengan pesan terima kasih dan mohon doa.

“Polisi berjilbab kehilangan hidupnya membela umat Kristen di Gereja Katedral Koptik Alexandria. Jangan menilai orang dengan apa yang mereka pakai. Tindakannya dipuji,” kicau netizen di Twitter.

Serangan terjadi pada hari Minggu Palma, seminggu sebelum jemaat Kristen merayakan Paskah.

Sementara itu Paus Fransiskus akan mengunjungi Mesir pada akhir bulan ini, tepatnya 28-29 April. Paus tidak mau mengurungkan niatnya mengunjungi negeri yang sedang rawan ancaman bom itu.

Kristen Mesir adalah kelompok minoritas, sekitar 10 persen dari 90 juta penduduk yang mayoritas Muslim.  Mereka sering menjadi target kekerasan oleh kelompok radikal, yakni oleh sayap ISIS di wilayah Sinai.

Serangan pada Minggu palma ini telah memicu kemarahan publik, yang mendorong Presiden Abdel Fattah el-Sisi, berjanji untuk mendindak tegas ekstremisme.

Pemerintah telah mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan ke depan dan mengerahkan pasukan untuk menjaga ruang-ruang publik di seluruh negeri, terutama lagi selama Paskah.

Wahby Lamie, yang salah satu keponakannya tewas dan lainnya luka-luka dalam ledakan Tanta, menyatakan putus asanya kepada Reuters.

“Untuk berapa lama lagi kita mengalami situasi terbelah seperti ini? Siapa pun yang berbeda dari kelompok ekstremis disebut kafir, baik itu Muslim maupun Kristen,” katanya. (Kompas.com)