Grid.ID - Seiring dengan perkembangan teknologi, inovasi dalam dunia kesehatan termasuk dalam pengobatan kanker juga mengalami kemajuan. Salah satu dampak kemajuan teknologi dalam dunia kesehatan adalah inovasi yang bisa memberi harapan hidup pasien kanker termasuk kanker payudara stadium lanjut meningkat.
Inovasi ini adalah terapi dari kombinasi antara obat kemoterapi docetaxel, obat terapi target pada pasien dengan HER (Human Epidermal Reseptor) 2 positif, serta obat terbaru pertuzumab.
(Baca Juga: Sel Kanker Payudara Menggerogoti Paru-Paru Dan Tulang, Ini Penjelasanya)
Menurut Prof. Dr. dr. Arry Haryanto, SpPD-KHOM, Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN), saat ini kemajuan pengobatan kanker payudara menyebabkan frekuensi kematian menurun. Pengobatan kanker payudara ditentukan berdasarkan sifat dan tipe sel kankernya.
“Sub tipe kanker payudara bermacam-macam dan ini akan menentukan jenis pengobatan serta perjalanan penyakitnya,” jelasnya.
Secara umum, kanker payudara dibagi menjadi sel kanker tipe luminal A (estrogen positif), luminal B (estrogen positif namun HER2 sedikit), dan HER2 positif, serta tipe triple negatif. Dari keseluruhan, tipe luminal A memiliki prognosis yang paling bagus.
(Baca Juga: Wajib Tahu!, Ternyata Ini Loh Risiko Penyebab Kanker Payudara)
Lalu pada tipe HER2 positif, reseptor ditemukan dalam jumlah sangat banyak pada permukaan sel-sel tumor. Kanker payudara tipe HER2 positif juga memiliki prognosis yang buruk.
“Pasien dengan status HER2 positif memiliki perjalanan penyakit yang buruk. Sel kanker cepat tumbuh dan pembuluh darahnya juga bertambah dengan cepat sehingga penyebaran kanker lebih mudah,” jelas Prof. Arry.
Saat ini telah dikembangkan inovasi terbaru yaitu obat pertuzumab yang bisa menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker. Cara kerja ini melengkapi cara kerja obat trastuzumab, di mana keduanya akan membidik bagian masing-masing pada reseptor HER2.
Menurut penelitian, kombinasi obat tersebut akan meningkatkan harapan hidup sampai 56,5 bulan atau nyaris tiga kali lipat dari rata-rata pasien yang hanya mengandalkan kemoterapi saja. (*)
(Baca Juga: Ini Loh Ciri-Ciri Benjolan Kanker Payudara Yang Perlu Kamu Ketahui)