Find Us On Social Media :

Lewat Pertunjukkan Boneka, Papermoon Puppet Ingatkan Milenial Soal Sejarah

By Rissa Indrasty, Senin, 26 November 2018 | 09:44 WIB

Papermoon Puppet Theatre saat ditemui Grid.ID pada program #Jalan2jenius di studio Papermoon Puppet Theatre

Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty

Grid.ID - Seperti yang diketahui, tahun 65 atau Gerakan 30 September (G30S/PKI) adalah masa-masa kelam peristiwa pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh komunis di Indonesia.

Papermoon Puppet Theatre yang merupakan pelaku seni teater boneka, sempat mengangkat peristiwa ini untuk mengedukasi generasi milenial tentang salah satu sejarah kelam Indonesia.

"Banyak hal yang ingin kami bicarakan kenapa tahun 2010 kami ambil cerita tentang sejarah 65, karena generasi muda kita banyak yang nggak tau," ungkap Ria Papermoon saat ditemui Grid.ID pada program #Jalan2jenius di studio Papermoon Puppet Theatre, Sembungan, Bantul, Yogyakarta, Kamis (22/11/2018).

Baca Juga : Jefri Nichol Ngaku Main di Warnet Sampai Pagi Bisa Bikin Senang

Bahkan, ada pula awak media yang mengaku tak mengetahui tentang peristiwa tersebut.

"Banyak sekali saya ketemu wartawan bahkan mereka nanya tahun 65 ada apa," ungkap Ria Papermoon.

Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran sendiri bagi Ria Papermoon.

Ditakutkan peristiwa kelam tersebut terulang lagi di Indonesia jika masyarakat tak ingat tentang sejarah.

"Itu kan menarik ya, wah gila ya, karena menurut kita Kalo kita nggak paham itu bisa terjadi lagi, pola yang sama bisa terjadi lagi. Kita harus awarness," ungkap Ria Papermoon.

Dalam pementasan bertema peristiwa 65, Papermoon Puppet Theatre bercerita tentang seorang anak yang selalu menanti sang ayah yang tak kunjung pulang karena menjadi korban peristiwa 65.

Ria Papermoon mengungkapkan pementasan teater boneka yang mengandalkan gestur, lighting, musik dan tanpa dialog lebih memancing emosi dan merasuki jiwa penonton.

"Iya bisa, 65 itu kan ngomongin kehilangan kan, kemanusiaan, ngomongin anak kecil tiup-tiul peluit bapaknya nggak datang-datang itu, udah selesai."

"Orang malah dapatkan zone emosi yang jauh lebih besar ketimbang banyak kata-kata, karena tanpa kata-kata orang-orang terbuka untuk imajinasi, mereka membangun cerita sendiri, merelasikan dengan pengalaman pribadi tanpa didikte harus sepakat jalan ceritanya," ungkap Ria Papermoon.

Baca Juga : Romantis Ala Maya Septha: Lakukan Hal yang Tidak Disuka Demi Pasangan

Ria Papermoon ingin menarik emosi dan memberikan pesan kepada para penonton, akibat peristiwa tersebut cukup banyak anak-anak yang terlaksa menjadi anak yatim.

"Ketika kita bilang seorang anak yang kehilangan bapaknya begitu saja, apa kabar kita mendengarnya, apa kita masih punya empati yang besar tentang untuk orang-orang itu," ungkap Ria Papermoon.

Pementasan teater boneka bertema peristiwa tahun 65 diawali di Indonesia hingga beberpa kota di luar negri.

"Pertunjukanya kami mulai di Yogya, terus kami berangkat ke Jakarta, terus Singapur, 7 kota di Amrik, lanjut Australi, karya itu memang banyak traveling, karena orang merasa itu bukan hanya sejarah Indonesia, itu juga sejarah kami," ungkap Ria Papermoon.

(*)